Upaya Falcon Pictures mengangkat nama Warkop DKI kembali dalam 'Warkop DKI Reborn' seperti yang dilakukan beberapa tahun lalu, tak memiliki kemajuan berarti. Bahkan, Warkop DKI Reborn terbaru dan di bawah arahan sutradara Rako Prijanto ini sejatinya hanya sekadar menjual nama besar grup yang beranggotakan Dono, Kasino, dan Indro.
Cerita yang ditawarkan 'Warkop DKI Reborn' hilang arah. Komedi dan humor sulit diterima. Para aktor muda yang berperan pun belum mampu masuk ke dalam karakter Dono, Kasino, dan Indro.
Tak ada kesan istimewa tersisa. Malah, wajah terasa lelah karena terlalu banyak mengernyitkan dahi. Kali ini, Warkop DKI dibintangi Aliando Syarief yang menggantikan Abimana Aryasatya untuk karakter Dono. Adipati Dolken ditunjuk menggantikan Vino Bastian untuk karakter Kasino. Randy Danistha menggantikan Tora Sudiro sebagai Indro.
Film ini mengisahkan tiga tokoh utama itu direkrut sebagai agen polisi rahasia. Mereka berada di bawah komando Komandan Cok yang diperankan langsung Indro 'Warkop DKI' yang 'asli'.
Komandan Cok dikisahkan kehilangan orang kepercayaannya, Karman (Mandra) saat menelusuri pencucian uang di industri perfilman Indonesia. Lebih tepatnya, pada sebuah studio milik Amir Muka. Dono, Kasino, dan Indro akhirnya berusaha masuk ke industri film dan terlibat dalam produksi film komedi demi dapat informasi.
Namun investigasi yang mereka lakukan tak selalu berjalan mulus. Saat menghadiri sebuah pesta, ketiganya malah menyeret lawan main mereka di film itu, Inka.
Mereka kemudian terkurung dalam sebuah ruangan dan jatuh pingsan. Namun ajaibnya, ketika terbangun, mereka sudah ada di padang pasir. Inka juga menghilang tanpa bekas. Petualangan lain ketiga lelaki itu pun dimulai.
cerita Warkop DKI lebih banyak diselingi beragam parodi dari sejumlah film hit di Indonesia. Hal ini biasa dilakukan komedian di Barat yang dikenal gemar membuat komedi satir.
Namun usaha Warkop DKI Reborn ini yang naskahnya ditulis Anggoro Saroto dan Rako Prijanto tak berhasil membuat penonton tertawa.
Hujan sketsa komedi dalam film ini justru membuat cerita utama 'Warkop DKI Reborn' hambar. Tak keruan dan punya arah jelas. Apalagi soal logika cerita dan efektivitas pesan film ini, absurd. Banyak pertanyaan muncul, sebut saja penyebab ketiganya terdampar di padang pasir seperti yang muncul di trailer, dan hubungan Maroko dengan cerita film ini.
Itu baru sebagian. Masih ada beberapa adegan dan cerita dalam film ini yang membuat pertanyaan "kok bisa" berkecamuk dan enggan pergi.
Namun yang fatal dari film komedi adalah ketika tidak bisa membuat penontonnya tertawa. Inilah yang terjadi. 'Warkop DKI Reborn' terbilang memiliki candaan yang sudah "ketinggalan zaman" dan juga menempatkan wanita sebagai objek.
Mereka berusaha menjadikan kembali lawakan ala Warkop DKI 'jadul' di era kini, salah satunya ketika ketiga lelaki itu melotot melihat wanita yang agak membusungkan dadanya.
Gaya komedi itu mungkin laris dulu, puluhan tahun lalu. Namun di era saat ini ketika perempuan berani mengambil sikap dan bersuara juga menempati posisi yang setara dengan laki-laki, apakah masih relevan menggunakan komedi seperti itu?
Konsep Falcon Pictures dengan cerita bersambung tapi menggantung pun kembali diulang dalam 'Warkop DKI Reborn' ini.
Ya, film ini dibagi ke dalam dua bagian, tanpa penyelesaian konflik berarti di bagian pertamanya. (cnni)