UIN-SU Lantik 990 Lulusan

UIN-SU Lantik 990 Lulusan
Rektor UIN-SU Prof Saidurrahman bersama anggota senat dan tamu kehormatan menyaksikan pembacaan ikrar sarjana pada upacara wisuda sarjana UIN-SU ke-72 di kampus I (Analisadaily/Ahmad Nugraha Putra)

Analisadaily (Medan) - Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU) melantik 990 lulusan program doktoral, magister, sarjana dan diploma pada wisuda ke-72 sekaligus merayakan Dies Natalis ke-46 UIN-SU di Gedung KH M Arsjad Thalib Lubis Gelanggang Mahasiswa Kampus I UIN-SU Jalan IAIN/Sutomo Ujung Kecamatan Medan Timur, Senin (25/11).

Pada wisuda kali ini, sebanyak 990 lulusan program doktoral, magister, sarjana dan diploma dilantik dan siap mengabdi di tengah masyarakat. Ratusan lulusan tersebut berasal dari delapan fakultas dan program pascasarjana. Terdiri dari 53 lulusan dari fakultas dakwah dan komunikasi, 113 lulusan dari fakultas syari'ah dan hukum, 420 lulusan dari fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan dan 21 lulusan dari fakultas ushuluddin dan studi Islam.

Lalu 193 lulusan dari fakultas ekonomi dan bisnis Islam, 54 lulusan dari fakultas ilmu sosial, 25 lulusan dari fakultas kesehatan masyarakat, 57 lulusan dari fakultas sains dan teknologi dan 54 lulusan pascasarjana. "Dengan ini, telah diwisuda 48.978 lulusan yang berkiprah di masyarakat. Selamat dan sukses kepada wisudawan dan keluarga. Semoga kiranya kita tetap diberikan kekuatan, petunjuk dan rida Allah SWT," ujarnya.

Rektor UIN-SU Prof Dr Saidurrahman, MAg dalam pidatonya menyampaikan konsep berpikir radikal dalam Islam sebenarnya membawa kepada kebaikan, ketaatan dan membentuk akhlak mulia. Dalam konsep Islam, berpikir radikal itu penting bahkan menjadi salah satu ciri berpikir ilmiah. Karena radikal (to radix) dituntut untuk berpikir mendasar hingga ke akar-akarnya untuk mendapatkan makna hakiki dari suatu upaya membentuk peradaban yang berkemajuan. Berpikir radikal justru seharusnya menjadikan manusia semakin taat dan berakhlak mulia bukan sebaliknya. "Dalam konsep Islam, berpikir radikal justru akan menjadikan seseorang menemukan kebenaran hakiki yang akan membuatnya semakin taat dan berakhlak al-karimah," ucapnya di hadapan wisudawan.

Hal itu ia jelaskan dalam pidatonya terkait dengan tantangan dan ancaman zaman saat ini di Tanah Air yang belakang mulai mencuat yaitu soal isu-isu radikalisme yang salah arah, ekstrimisme hingga terorisme yang baru-baru ini terjadi di Kota Medan. Rektor menegaskan, terorisme diawali dengan berpikir radikal yang salah arah. Padahal dalam konsep kebenaran, radikal merupakan komponen untuk menjadi insan yang taat dan punya akhlak mulia. "Cara berpikir radikal yang salah atau negatif bisa menghasilkan cara pandang yang dekonstruktif pula. Seperti memandang orang selain kelompoknya dinilai berbeda dan menimbulkan sikap intoleran. Sikap intoleran ini jauh dari nilai dakwah Islam," tukasnya.

Rektor menjelaskan, misi dakwah Islam justru menggunakan akhlak terpuji dengan sikap moderat, inklusif sembari mengemban misi Islam itu sendiri. Perubahan yang dibawa Rasulullah bukanlah dengan cara kekerasan. "Jelas, sangat terang benderang bahwa terorisme tidak mendapatkan tempat sedikitpun dalam Islam. Cara ekstrem dengan kekerasan yang dikenal dengan terorisme itu adalah cara yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW," tandasnya.

Terkait ancaman yang membahayakan persatuan ini, rektor menyampaikan upaya yang dilakukan untuk menangkalnya. Salah satunya yaitu dengan konsep washatiyah dan menekankan ideologi kebangsaan melalui kurikulum dan kegiatan mahasiswa.

(AMAD/JG)

Baca Juga

Rekomendasi