dr. Ayodhia Pitaloka Pasaribu (tengah) (Analisadaily/Jafar Wijaya)
Analisadaily (Medan) - Untuk penanganan difteri, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan memastikan tidak mengalami kekurangan obat.
Dokter spesialis anak yang juga konsultan infeksi tropis RSUP HAM, dr. Ayodhia Pitaloka Pasaribu MKed (Ped) SpA PhD (CTM) mengatakan, pihaknya tidak pernah kekurangan obat karena selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
Selain itu, RS Adam Malik juga selalu mengadakan evaluasi ketersediaan obat. Kalau kurang, pihaknya akan meminta tambahan dari Dinas Kesehatan Sumut.
"Obat untuk difteri ada dua, satu antibiotik, karena ini bakteri, maka harus masuk antibiotik agar bakterinya mati. Kedua anti difteri serum untuk membunuh racun yang dihasilkan oleh bakteri. Itu yang didapat dari Dinkes dan itu cukup untuk semua pasien difteri di sini," kata Ayodhia, Jumat (6/12).
Menurutnya difteri disebabkan oleh bakteri, bukan virus sehingga pilihan obatnya adalah antibiotik. Bakteri ini menurutnya sangat mudah menular dan menimbulkan gejala dalam waktu cepat.
"Bakteri itu ada di udara. Maka orang yang bisa kebal dari difteri itu adalah yang sudah punya proteksi dengan imunisasi," jelasnya.
Ayodhia mengungkapkan bahwa imunisasi untuk difteri bisa diberikan saat anak berusia dua sampai empat bulan. Kemudian ada ulangan saat anak kelas 5 SD. Jika imunisasi beres, menurutnya risiko terinfeksi difteri semakin minim.
"Penularan itu bisa lewat batuk atau bersin. Kalau ada yang sakit tentu harusnya tidak ketemu dengan orang lain, karena kalau bersin kumannya akan berpindah ke orang lain lewat udara," ungkapnya.
Untuk gejala difteri cukup beragam, mulai flu biasa, batuk, pilek, hingga demam namun tidak tinggi.
"Kalau ada yang demam tidak tinggi kemudian disertai batuk dan bersin lalu nyeri saat menelan, sebaiknya cepat ke pusat kesehatan supaya langsung dapat pemeriksaan," imbaunya.
(JW/EAL)