Seorang polisi mengenakan masker berjalan di depan Menara Oriental Pearl, Shanghai (Reuters)
Analisadaily.com, Beijing - Setelah memastikan masker terpakai dan alat pembersih tersedia, keluarga Qiao pergi ke Taman Jingshan, bekas istana kerajaan di sebelah Kota Terlarang di ibukota China, Beijing.
Salju turun untuk hari kedua, peristiwa langka di kota berpenduduk 21,5 juta yang biasanya memancing antusias ratusan ribu orang untuk mengambil foto dan bermain.
Namun kali ini jalanan tampak kosong dan taman-taman begitu sunyi. Satu-satunya suara hanya kicauan burung di atas pohon.
Bukan hanya Beijing. Shanghai, pusat keuangan China, dan kota-kota lain di Negeri Tirau Bambu berubah menjadi senyap setelah pemerintah memperpanjang masa liburan dan meminta warga agar tidak keluar karena virus korona.
"Kami tahu situasi virus corona sangat parah. Tapi episentrumnya jauh, jadi kami pikir akan baik-baik saja di sini. Ini adalah kesempatan yang diberikan Tuhan untuk menikmati momen keluarga dengan salju dan tanpa pekerjaan," kata Qiao, dilansir dari
Reuters, Minggu (9/2).
Seorang wanita mengambil gambar di Kota Terlarang saat hujan salju (Reuters)
Virus corona telah menewaskan 722 orang dan menginfeksi hampir 32.000 orang di China per 8 Februari 2020. Lebih dari tiga perempat kasus berada di Provinsi Hubei, lebih dari 1.000 km dari Beijing.
Seorang penjaga keamanan di Taman Jingshan mengatakan kurang dari sepertiga wisatawan dari jumlah biasanya yang menikmati hujan salju tahun ini.
Bahkan di salah satu tempat terbaik untuk memotret foto-foto Beijing yang bersalju di luar Kota Terlarang, hampir tidak ada kerumunan orang. Sementara bus-bus wisata dan kelompok-kelompok orang yang berbicara dengan dialek berbeda sama sekali tidak terlihat.
"Tahun lalu ketika salju turun, saya mengambil beberapa jam cuti untuk datang ke sini, mengambil foto," kata seorang pria berusia 30-an yang memberi nama keluarganya Yang.
Petugas keamanan di sepanjang jalan Wangfujing, kawasan perbelanjaan yang populer di pusat kota Beijing mengatakan, biasanya sangat ramai warga selama periode liburan sehingga sulit untuk bergerak.
Seorang warga menggunakan skuter elektrik melintasi Kota Beijing di musim salju (Reuters)
"Lihatlah sekarang, ada lebih banyak penjaga keamanan dan pembersih jalan daripada turis!" ujarnya.
Bisnis, termasuk toko-toko, bar dan restoran, sangat terpukul oleh virus corona karena pemerintah melarang pertemuan massal dan bahkan makan bersama dalam upaya mencegah penyebaran virus corona.
"Anda harus menunggu di luar meja pada hari normal," kata seorang pelayan di sebuah restoran dengan kapasitas lebih dari 50 meja. Namun belakangan ini hanya lima meja yang terisi pada jam-jam sibuk makan siang.