Anak gajah Salma saat ditemukan terluka parah akibat terkena jerat pemburu liar di Hutan Gampong Batu Sumbang (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Simpang Jernih - Seekor anak Gajah Sumatera yang selama ini dirawat di Conservation Response Unit (CRU) Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur, akibat luka jeratan pemburu liar akhirnya mati karena mengalami gangguan pada beberapa organ tubuhnya.
Anak gajah berjenis kelamin betina yang diberi nama Salma itu ditemukan terluka parah di Hutan Gampong Batu Sumbang, Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, tanggal 18 Juni 2019.
Kondisi gajah saat ditemukan sangat memprihatinkan. Kaki depan sebelah kirinya terluka dan nyaris putus karena jeratan kawat logam yang dipasang pemburu.
Selain itu, anak gajah juga mengalami dehidrasi. Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) kemudian mengevakuasi hewan malang tersebut.
Kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto, mengatakan anak Gajah Sumatera (
elephas maximus sumatranus) berusia 1,5 tahun bernama Salma mati pada Jumat (7/2) sekitar pukul 02.00 WIB, setelah tujuh bulan lebih mendapat perawatan intensif di CRU Serbajadi, Aceh Timur.
"Pada Jumat, 7 Februari 2020, sekitar jam 02.00 dini hari, anak gajah Salma yang sedang dalam perawatan di CRU Serbajadi Aceh Timur mengalami kematian karena sakit," kata Agus Arianto dalam keterangannya, Senin (10/2).
Agus menjelaskan berdasarkan hasil
necropsy yang dilakukan terlihat gajah itu mati karena mengalami gangguan pencernaan.
"Dari hasil
necropsy yang dilakukan drh. Anhar bahwa faktor penyebab kematian gajah Salma dikarenakan gangguan sistem pencernaan, jantung, dan limfa," bebernya.
Dijelaskannya, kesehatan gajah itu terlihat menurun sejak bulan Desember sampai menjelang kematiannya. Penurunan kondisi ini disebabkan gajah Salma mengalami kelemahan karena nafsu makannya tidak stabil.
Bila melihat kondisi Salma sejak dievakuasi hingga menjelang kematiannya, kata Agus, bayi gajah itu tidak selincah dan seagresif bayi gajah seusianya. Walaupun beberapa perlakuan khusus sudah diberikan untuk mengatasi tingkat stres yang berhubungan dengan imunitas atau antibodi, tetap tidak menunjukkan perubahan.
"Nafsu makannya juga tidak meningkat secara signifikan, bahkan sangat rendah sekali, terutama asupan hijauan dan buah-buahan sehingga harus diimbangi dengan pemberian suplemen berupa kacang hijau yang dimasak dengan pulut, beras, santan, dan sedikit gula merah. Setelah masak dicampur dengan susu soya atau susu lembu," jelasnya.
Ia menambahkan, tim medis sudah beberapa kali melakukan pemeriksaan sampel darah untuk mengetahui perkembangan kondisi fisiologi. Setiap dilakukan pengulangan pemeriksaan sampel darah dalam kurun waktu 3-4 minggu, hanya anemia dan hipoproteinemia (rendahnya kadar protein dalam darah) saja yang terlihat.
"Sehingga diberikan
treatment atau vitamin untuk merangsang pembentukan sel darah dan infus asam amino, tapi kondisinya tetap tidak menunjukkan perubahan yang signifikan."
Sementara dari hasil
necropsy yang dilakukan drh. Anhar hingga Jumat sore, dapat disimpulkan bahwa rendahnya nafsu makan Salma merupakan akibat gangguan fungsional pada sistem pencernaan. Salma terlihat takut memakan makanan yang keras seperti hijauan serta buah buahan. Bahkan bila diberikan suplemen harus encer sekali atau banyak air.
Pergerakan gajah Salma tidak selincah bayi gajah lainnya akibat adanya gangguan fungsional pada jantung. Anemia yang dialaminya disebabkan proses pembentukan sel darah merah yang mengalami gangguan akibat limfanya tidak berkembang secara normal.
"Saat ini bangkai gajah Salma telah dikubur di CRU Serbajadi setelah di
-necropsy," pungkas Agus.
(MHD/EAL)