Bandara Sultan Iskandar Muda (Anaisadaily/Muhammad Saman)
Analisadaily.com, Banda Aceh - Wacana dan permintaan dari sejumlah pihak untuk penutupan Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar, dinilai dilematis dan masih harus dikaji secara mendalam.
Di satu sisi, permintaan penutupan bandara bertujuan untuk mencegah masuknya para pendatang dari luar sehingga tidak menambah banyak Orang Dalam Pemantauan (ODP) tiap hari masuk ke Aceh, terkait upaya pencegahan meluasnya penyebaran wabah Coronavirus Disease (COVID-19).
Sementara di sisi lain, saat ini Pemerintah Aceh masih sangat mengandalkan dukungan dari maskapai penerbangan yang masih beroperasi di Bandara SIM untuk membawa sampel spesimen yang diambil dari Pasien Dalam Pengawasan (PDP) untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium Badan Litbangkes Kemenkes Jakarta.
Tentunya tidak diharapkan apabila ditutupnya operasional Bandara SIM mengakibatkan melemahnya upaya penanganan kasus dan pencegahan COVID-19 di Aceh yang membutuhkan angkutan cepat dalam keadaan darurat seperti saat ini.
"Terkait munculnya harapan berbagai pihak agar operasional bandara ditutup, tentu perlu dikaji lebih dalam khususnya terhadap kesiapan logistik, peralatan medis bahkan kesiapan pemeriksaan sampel specimen COVID-19 yang diambil dari pasien di Aceh untuk dibawa ke Jakarta," ujar Executive General Manager (EGM) PT Angkasa Pura II Bandara SIM, Indra Gunawan, Jumat (3/4).
Hal itu disampaikannya pada rapat melalui video conference untuk mengevaluasi peran Bandara SIM dalam penanganan terhadap penyebaran COVID-19 dan kepentingan dukungan distribusi logistik dalam situasi darurat di Aceh.
Terlebih lagi, menurut Indra Gunawan, berdasarkan data Dinas Kesehatan Aceh, proses pengujian specimen pasien COVID-19 membutuhkan waktu yang bervariasi mulai tiga hari hingga satu minggu. Karena itu ketersediaan penerbangan setiap harinya sangat dibutuhkan.
Selain itu, EGM Angkasa Pura II Bandara SIM menyampaikan bahwa secara regulasi, Bandara SIM telah ditetapkan sebagai bandara alternatif (alternate aerodrome) sehingga dalam keadaan emergency pesawat yang melintas di atasnya dapat mendaratkan pesawatnya di Bandara SIM dengan pertimbangan keselamatan penerbangan.
"Dilematis terhadap pendapat untuk menutup operasional bandara perlu mengkaji baik buruknya dengan melibatkan para pihak terkait," sebut Indra Gunawan.
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas III Banda Aceh, Nuryanto menyampaikan, pihaknya memastikan pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk pengawasan penumpang yang masuk ke Aceh melalui Bandara SIM berjalan ketat sebagaimana mestinya.
"Kita juga telah mengambil tindakan apabila ditemukan penumpang dengan suhu badan di atas 38 derajat celcius dan berasal dari daerah terjangkit COVID-19 maka diberikan kartu Health Alert Card serta diberikan edukasi untuk tetap tinggal di rumah," terangnya.
(MHD/RZD)