Seorang petugas medis yang menangani pasien Covid-19 di RSUP Adam Malik Medan (Analisadaily/Qodrat Al Qadri)
Analisadaily.com, Banda Aceh - Kalangan tenaga medis di Provinsi Aceh mengeluhkan adanya isolasi dan pengucilan dari masyarakat atas profesi mereka yang bertugas di rumah sakit.
Hal itu terungkap setelah Tim Survei Tsunami Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang menjadi bagian Satgas Covid-19 Unsyiah melaporkan hasil kajian mereka terkait perilaku perlindungan diri tenaga kesehatan terhadap pandemi Covid-19 di Provinsi Aceh.
"Salah satu hasilnya, sebagian responden yang merupakan tenaga medis tersebut mengeluhkan isolasi sosial dari masyarakat karena profesi mereka," kata Ketua Tim Survey TDMRC Unsyiah, dr. Ichsan, M.Sc, Selasa (14/4).
Ia menjelaskan, survey ini diikuti oleh 1.132 responden dari 12 profesi kesehatan yang bertugas di layanan kesehatan publik di 23 kabupaten/kota di Aceh.
Lebih dari 90% responden merasa dirinya sangat berisiko tertular virus Corona dalam melakukan tugasnya. Selain itu, terdapat ironi yang berkembang dalam masyarakat yaitu adanya isolasi sosial terhadap tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan kepada pasien Coronavirus Disease (Covid-19).
“Beberapa keluhan yang disebutkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh tentang adanya keluhan petugas medis yang ditolak oleh warga kampungnya saat akan kembali ke tempat tinggalnya setelah selesai bertugas melayani pasien Covid-19 adalah benar adanya,” ucap dr. Ichsan.
Menurutnya, hal ini menjadikan stressor tersendiri bagi petugas pelayanan kesehatan di lini terdepan penanganan pasien Covid-19 ini. Stigma tersebut justru bisa melemahkan semangat mereka dalam melayani, terutama saat terjadi wabah seperti ini.
Selain itu, hasil kajian ini juga menunjukkan lebih dari setengah (51%) responden merasa tempat mereka bekerja belum memberikan perlindungan yang optimal bagi mereka agar terhindar dari Covid-19.
Terkait upaya perlindungan diri, 96% responden menjawab bahwa mereka selalu berupaya meningkatkan proteksi diri sejak isu pandemi merebak. Salah satunya dengan sering mencuci tangan. Lalu, lebih dari 90% responden menyebutkan bahwa mereka selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan.
Adapun alat pelindung diri (APD) yang paling sering digunakan oleh responden adalah masker bedah (80%) dan handscoon atau sarung tangan (55,7%) dan dalam survey ini juga terungkap bahwa 77,9% tenaga kesehatan yang menjadi responden masih kesulitan dalam memperoleh APD saat bertugas.
Untuk itulah, dari hasil kajian ini maka Unsyiah memberikan beberapa rekomendasi kepada Pemerintah Aceh. Pertama, memberikan pelatihan yang memadai tentang upaya proteksi diri dan penggunaan APD bagi tenaga kesehatan di provinsi Aceh secara merata.
Kedua, memastikan ketersediaan APD bagi tenaga kesehatan, mulai dari mereka yang bekerja di rumah sakit rujukan Covid-19 sampai ke tingkat layanan primer.
Ketiga, menjamin kesejahteraan baik materiil maupun sosial bagi tenaga kesehatan terutama mereka yang melakukan pelayanan/penanggulangan wabah Covid-19 secara langsung.
Keempat, memberikan jaminan kesehatan bagi tenaga medis dengan asuransi kecelakaan kerja terbaik, mengingat risiko yang mungkin dialami pada saat menangani pasien Covid-19 sangat tinggi.
Kelima, menyediakan asuransi jaminan hidup bagi keluarga yang ditinggal jika ada tenaga medis yang gugur dalam menjalankan tugas mulia menangani pasien Covid-19.
"Melalui kajian ini, kita berharap pemerintah bisa memberikan dukungan penuh kepada tenaga kesehatan. Begitu pula masyarakat, agar tidak mengucilkan mereka yang telah berjuang menghadapi pandemi ini," pungkas dr. Ichsan.
(MHD/EAL)