Ilustrasi (Pixabay)
Analisadaily.com, Maryland - Jumlah kematian akibat virus corona COVID-19 di seluruh dunia kini mencapai angka 200.000 lebih, demikian berdasarkan penghitungan yang dilakukan Universitas Johns Hopkins.
Dilansir dari
BBC, Minggu (26/4), ada lebih dari 2,8 juta kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, menurut penghitungan. Itu terjadi setelah jumlah kematian di AS melewati 50.000 orang, ketika orang Amerika mengalami wabah paling mematikan di dunia.
Media pemerintah China melaporkan kematian pertama yang diketahui terkait dengan virus pada 11 Januari 2020. Kemudian lebih dari 210 negara dan wilayah telah melaporkan kasus. Lima negara kini telah melaporkan jumlah kematian di atas 20.000 meskipun cara kematian dihitung sangat bervariasi.
AS, Italia dan Spanyol telah menyaksikan jumlah kematian tertinggi yang dilaporkan. Departemen Kesehatan Inggris mengumumkan pada Sabtu (25/4) lebih dari 20.000 orang kini meninggal dunia akibat COVID-19 di rumah sakit Inggris.
Menteri Dalam Negeri Britania Raya, Priti Patel, menggambarkan hal itu sebagai tonggak sejarah yang tragis dan mengerikan, dan mengatakan, “Seluruh bangsa sedang berduka.”
Data harian Inggris tidak termasuk orang yang meninggal dunia di rumah atau di panti jompo, angka sebenarnya pasti lebih tinggi.
Prancis, yang memasukkan kematian di panti jompo dalam statistiknya, melaporkan jumlah korbannya meningkat 369.
Ada 22.614 kematian akibat COID-19 di Prancis sejak awal Maret 2020, tetapi pejabat kesehatan mengatakan tingkat kematian di rumah sakit menurun, dan jumlah orang dalam perawatan intensif telah menurun selama tujuh belas hari berturut-turut.
Awal pekan ini, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyoroti tren peningkatan dalam kasus COVID-19 di Afrika, Eropa Timur, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Tedros mengatakan, sementara sebagian besar epidemi di Eropa Barat tampaknya stabil atau menurun, bagi banyak negara penyakit ini baru saja mulai.
"Dan beberapa (negara) yang terkena dampak awal pandemi sekarang mulai melihat kebangkitan dalam kasus-kasus," katanya.
Salah satu negara tersebut adalah Singapura, yang pada awalnya dipuji karena keberhasilannya dalam menahan virus, tetapi sejak itu telah melihat lonjakan infeksi terkait dengan tempat kerja industri dan asrama pekerja yang penuh sesak.
Di tempat lain di Asia, pemerintah China melaporkan tidak ada kematian baru untuk hari kesepuluh berturut-turut, dan Korea Selatan mengalami hari kedua tanpa kematian.
(RZD)