Istilah Protokol Kesehatan Bingungkan Perempuan

Permampu Bikin Pendidikan Kritis

Permampu Bikin Pendidikan Kritis
Pendidikan Kritis di kalangan kader Permamampu di Riau (Dok. Permampu)

Analisadaily.com, Medan - Berbagai istilah asing seiring pandemi Covid-19, menimbulkan banyak kebingungan di kalangan perempuan akar rumput yang tinggal di pedesaan Sumatera. Hal ini menjadi salah satu tantangan tersendiri, di sisi lain pemerintah berharap agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan.

"Keadaan ini secara langsung sangat dirasakan oleh kelompok perempuan akar rumput dan komunitas di sekitarnya yang menjadi dampingan Permampu," tutur Koordinator Permampu, Dina Lumbantobing, saat dihubungi di Medan, Sabtu (2/5). Permampu adalah konsorsium dari 8 LSM Perempuan yang aktif melakukan advokasi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) Perempuan di 8 propinsi di pulau Sumatera.

Banyak Istilah Bingungkan Perempuan Desa

Dina Lumbantobing lalu memberi contoh istilah seperti lock down, social distancing, physical distancing, epicenter, cluster, red zone, hand sanitizer, disinfectant, yang kerap muncul dalam kegiatan sosialisasi pemerintah. Bagi perempuan di pedesaan, istilah-istilah tersebut tak hanya jarang di dengar atau kurang akrab di telinga, tapi juga susah dimengerti artinya.

"Belum lagi akronim seperti ODP, PDP, OTG, yang makin menambah bingung masyarakat," katanya. Menurut Permampu, seyogyanya dalam melakukan sosialisasi di desa-desa, istilah-istilah tersebut tak hanya sekadar disebut, tanpa ada tapi juga diberi penjelasan lebih detil. Selain itu, Permampu juga berharap agar strategi sosialisasi pemerintah dapat benar-benar membuat perubahan perilaku masyarakat dalam menghadapi pandemi virus corona bernama Covid-19 itu.

Di sisi lain, Permampu juga menenggarai munculnya ketidaksiapan pembelajaran jarak jauh di kalangan perempuan muda karena sifatnya yang tiba-tiba. Belum lagi masalah akses ke media belajar seperti ponsel, laptop, jaringan internet yang lancar, termasuk kesempatan untuk belajar.

"Anak perempuan sering lebih banyak melakukan tugas rumahtangga daripada anak laki laki," katanya.

Pendidikan Kritis

Semua sengkarut masalah itu kini dihadapi perempuan di akar rumput. Permampu sendiri tak tinggal diam menghadapi fenomena itu. Konsorsium 8 LSM Perempuan di Sumatera itu telah menggelar Pendidikan Kritis di setiap wilayah kerja masing-masing anggota di Sumatera.

Menurut Dina pendidikan kritis adalah cara yang selalu digunakan oleh Permampu, karena mampu membangkitkan kesadaran, bukan sekedar pengetahuan.

"Hal ini kami sampaikan secara khusus di Harpenas 2020 ini, agar sosialisasi aturan dapat dipahami masyarakat dan merubah perilaku mereka dalam menghadang Covid-19," katanya.

(JA/JA)

Baca Juga

Rekomendasi