COVID-19 (Pixabay/Geralt)
Analisadaily.com, London - Petugas kesehatan Inggris akan mulai mengambil bagian dalam percobaan internasional yang dipimpin Universitas Oxford tentang dua obat anti-malaria untuk melihat apakah obat itu dapat mencegah COVID-19.
Studi 'COPCOV' akan melibatkan lebih dari 40.000 petugas kesehatan garis depan dari Eropa, Afrika, Asia dan Amerika Selatan untuk menentukan apakah klorokuin dan hidroksi klorokuin efektif dalam mencegah Coronavirus baru.
Dilansir dari
Reuters, Kamis (21/5), obat-obatan itu telah menjadi terkenal sejak Donald Trump mengatakan awal pekan ini, ia menggunakan hydroxychloroquine sebagai obat pencegahan terhadap virus meskipun ada peringatan medis tentang penggunaannya.
Uji coba, yang dipimpin Universitas Oxford dengan dukungan Unit Penelitian Obat-obatan Tropis Mahidol Oxford (MORU) di Bangkok, akan dibuka untuk peserta Inggris di lokasi rumah sakit di Brighton dan Oxford pada hari Kamis dan melibatkan mereka yang berhubungan dekat dengan pasien dengan COVID-19 yang terbukti atau diduga.
“Kami benar-benar tidak tahu apakah klorokuin atau hidroksi klorokuin bermanfaat atau berbahaya terhadap COVID-19,” kata Profesor Nicholas White dari Universitas Oxford, co-principal investigator penelitian yang berbasis di MORU.
“Cara terbaik untuk mengetahui apakah mereka efektif dalam mencegah COVID-19 adalah dengan uji klinis acak,” sambungnya.
Di Inggris, Eropa dan Afrika peserta akan menerima hydroxychloroquine atau plasebo selama tiga bulan. Di Asia mereka akan menerima chloroquine atau plasebo.
Sebanyak 25 situs studi diharapkan akan dibuka di Inggris pada akhir Juni, dengan rencana untuk situs lebih lanjut di Thailand dan Asia Tenggara, Italia, Portugal, Afrika, dan Amerika Selatan. Hasilnya diharapkan pada akhir tahun ini.
"Kami melihat ini dengan sangat hati-hati dan memeriksa semua bukti yang ada di sana," kata menteri keamanan Inggris, James Brokenshire kepada
Sky News.(CSP)