Keberagaman yang Pancasilais

Mengenang Hari Lahir Pancasila

Mengenang Hari Lahir Pancasila
Candiki Repantu (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Setiap tanggal 1 Juni bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Lahir Pancasila. Tepat 75 tahun yang lalu dalam sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Ir. Soekarno menyampaikan lima sila (dasar) yang menjadi konsepnya mengenai dasar negara Indonesia.

Untuk merefleksi kembali nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila, Analisadaily.com mewawancari Pengamat Sosial Keagamaan yang juga Peneliti Ahli Museum Sejarah Al-Quran Sumatera Utara, Candiki Repantu.

Berikut isi wawancara yang dilakukan via seluler, Senin (1/6):

# Assalamualaikum Abangda, apa kabarnya? Sebelumnya saya ingin menyampaikan selamat hari raya idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin?

**Alaikumsalam. Alhamdulillah masih sehat-sehat di tengah situasi Pandemi covid-19. Saya juga mengucapkan selamat lebaran buat anda dan semua kawan-kawan di redaksi analisa. Maaf lahir dan batin.

#Hari ini, tanggal 1 Juni adalah Hari Kelahiran Pancasila, melalui telepon ini, saya ingin berbincang sedikit dengan Abang soal Pancasila ini.

** Silahkan, mudah-mudahan bermanfaat untuk semua.

#Sebelumnya, walaupun bukan ujian, apakah Abang masih hapal nih dengan butir-butir Pancasila?

** Hahaha...ada keraguan nampaknya. Tentu dong kita masih hapal dan akan terus mengingatnya. Kita coba ya :

Pancasila :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permisyawaratan dan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Demikianlah isi dari Lima Sila (Pancasila) yang menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia.

#Mantap. Betul-batul masih lancar hapalannya. Apa kira-kira yang ingin Abang sampaikan soal Pancasila ini?

** Terima kasih. Kalau kita pahami dengan baik, kelima sila tersebut adalah nilai-nilai universal yang berlaku kapan saja dan di mana saja. Nilai-nilainya melampaui batas-batas geografis dan batas-batas etnis. Bagi saya ini bukan hanya panduan dalam berbangsa dan bernegara, tapi juga panduan dalam beragama. Artinya, kita bisa mengamalkan agama dengan tenang, nyaman, aman dan utuh jika nilai-nilai Pancasila dipegang teguh.


#Baik, jika begitu, bagaimana Abang melihat hubungan agama yang menjadi pedoman hidup bagi penganutnya dengan Pancasila yang menjadi pedoman kita dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia?

** Bagi saya, Pancasila itu adalah tafsiran atas agama yang mengajarkan rahmatan lil 'alamin, yaitu agama yang menyebarkan cinta kasih bukan murka dan benci, agama yang menabur pertemanan bukan permusuhan, agama yang ramah-ramah bukan marah-marah.

#Bagaimana konkritnya?

** Dalam Islam misalnya, ada ayat Alquran yang setiap hari Jum'at ketika khatib berkhutbah pasti selalu membacakannya yaitu Q.S. an-Nahl:90.

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (Q.S. an-Nahl:90)

Perhatikan dengan baik, perintah ayat ini seluruhnya tercermin dalam Pancasila. Banyak ajaran penting terkandung di dalam ayat ini. Misalnya, Keyakinan pada ketuhanan yang ditegaskan dengan "perintah dan larangan Tuhan". Sebab, kalau kita perhatikan ayat ini berisi dua hal yaitu perintah dan larangan Tuhan yang kita yakini dan harus kita laksanakan.

#Bisa lebih dijelaskan soal ayat ini dan apa kaitannya dengan Pancasila?

** Begini. Bagian pertama, ada tiga perintah Tuhan dalam ayat ini yaitu menegakkan keadilan, berbuat kebaikan (Ihsan) dan memberi bantuan kepada kerabat. Ketiga perintah ini digandengkan dalam ayat tersebut. Kata adil dan Ihsan misalnya. Hal ini bermakna bahwa ihsan lebih tinggi dari adil. Kalau adil itu mengambil haknya saja dan tidak mengambil hak orang lain, maka ihsan bukan hanya tidak mengambil hak orang lain, bahkan siap memberikan haknya demi kebaikan orang lain. Dia tidak pernah merasa rugi, bahkan dia akan merasa bahagia jika bisa menolong orang lain.

Karena itu, kita melihat kelanjutan dari ihsan dalam ayat di atas adalah "memberi bantuan kepada kerabat". Kerabat bisa dalam makna hubungan darah biologis, tapi juga bisa dalam makna hubungan kebatinan yang sama. Sayidina Ali Ra berkata, "kita semua bersaudara dalam kemanusiaan". Ini cermin dari gotong royong, dimana setiap orang merasa perlu membantu kerabat, tetangga dan masyarakatnya, tanpa lagi melihat suku, agama, dan rasnya.. Lihat bagaimana ketika badai covid-19 melanda negeri ini, kita melihat ada gerakan masyarakat tanpa komando, saling berbagi untuk meringankan beban orang lain. Ada yang membantu berbagi sembako, ada yang berbagi masker, hand sanitizer, membantu APD untuk para dokter, dan lainnya. Intinya kita bergotong royong, kita semua saling berbagi sesuai kemampuan masing-masing.

Bagian kedua, pada bagian ini ada tiga juga larangan Tuhan, yaitu "Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan". Ketiga larangan Tuhan ini sangat penting, sebab ketiga hal inilah yang membuat hancurnya tatanan suatu masyarakat, bangsa dan negara. Pada masyarakat yang di dalamnya merebak perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan, maka bisa dipastikan masyarakat itu adalah masyarakat yang kehilangan nilai-nilai kemanusiaannya. Sebab, pada masyarakat itu akan banyak pencurian, korupsi, kolusi, kriminalitas, saling membenci antar agama, suku dan ras. Semoga kita bangsa Indonesia terhindar darinya.

Karena itulah, saya berharap ayat ini bukan hanya ada di mimbar-mimbar khutbah Jum'at tapi juga ada di meja-meja para penguasa, hakim, pejabat, aparatur negara, sekolah, kampus, organisasi, dan lain sebagainya.

#Kalau begitu, sebenarnya antara Pancasila sangat erat hubungannya dengan agama? Lalu kenapa ada kelompok agama yang anti Pancasila?

** Tentu saja. Saya ingin menegaskan bahwa seseorang dikatakan religius jika ia mengamalkan dan menerapkan ajaran agama yang dianutnya dengan semaksimal mungkin. Begitu pula, seseorang dikatakan pancasilais jika dia memahami dan hidup dengan nilai-nilai pancasila dan bhineka tunggal ika. Intinya siapa yang kehadiranya di Indonesia memberikan rahmat, kedamaian, persatuan, cinta dan keadilan, maka dia telah beragama dengan agama yang sesungguhnya dan berpancasila dengan Pancasila yang seutuhnya. Beda halnya, kalau ada agama yang mengajarkan kebencian, permusuhan, tidak menghargai perbedaan, maka itu memang bukan agama yang layak hidup di bumi Pancasila. Kelompok yang anti Pancasila bagi saya adalah kelompok yang salah paham atas agamanya sendiri.

Dalam konteks beragama, karena fakta menunjukkan bahwa agama yang dianut masyarakat adalah beragam, maka setiap komunitas agama selayaknya mengamalkan ajaran agamanya tanpa ada paksaan, tekanan, dan intimidasi. Jika hal ini dapat direalisasikan dalam kehidupan sosial-kemasyarakatan, maka bukanlah angan-angan jika kita mengharapkan terbentuknya masyarakat religius yang berwawasan pancasilais atau sebaliknya masyarakat pancasila yang berwawasan religius.

#Bagaimana anda melihat pengamalan Pancasila dalam situasi belakangan ini.

Secara umum masih baik, tetapi memang tahun-tahun belakangan ini, Pancasila diuji dengan berbagai tingkah polah sekelompok orang yang sangat jauh dari nilai-nilai agama dan nilai-nilai Pancasila. Tahun-tahun belakangan, terutama karena situasi politik, narasi kebencian, permusuhan, kebohongan cukup menyebar di tengah-tengah masyarakat kita. Tentu ini membahayakan kebhinekaan kita.

Untuk itu, kita berharap seluruh elemen masyarakat khususnya pemerintah untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan akan ancaman gerakan kelompok-kelompok yang bertolak belakang dengan nilai-nilai Pacasila dan Bhineka Tunggal Ika. Karena itu, setiap gerakan, kelompok, atau organisasi yang mengandung unsur kebencian, permusuhan, memecah belah umat, dan mengajak orang untuk berbuat anarkis terhadap kelompok lainnya layak untuk dibubarkan. Telah terbukti banyak tindakan anarkis atas kelompok tertentu diawali dengan pelabelan yang bermuatan permusuhan terhadap SARA. Tentu semua itu bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila.

#Tapi bukankah ini merupakan resiko dari bangsa yang besar yang terdiri dari banyak suku, agama, ras, dan kelompok?

Ya, itu memang konsekuensinya. Tapi perbedaan tidaklah sejajar dengan permusuhan. Semua kita harus sadar bahwa Tuhan memang menciptakan kita dalam perbedaan, tapi mempersaudarakan kita dalam kemanusiaan, karenanya kita harus merawatnya melalui persatuan. Sebagai rakyat Indonesia yang bijaksana mari kita ciptakan keadilan bagi semuanya, tanpa memandang suku, golongan, ras. Karena kita bangsa dengan negara Indonesia yang memiliki Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

#Penjelasan yang menarik. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk wawancara meskipun via telepon. Insya Allah, berbincang lagi di lain waktu sampai minum kopi bersama?

Baik, terima kasih. Ditunggu undangan minum kopinya. Wassalamu'alaikum.

(EAL)

Baca Juga

Rekomendasi