Pengamalan Sila Kedua Pancasila dengan Bermain Peran ala Guru SD Negeri 30 Pasar Lapan

Pengamalan Sila Kedua Pancasila dengan Bermain Peran ala Guru SD Negeri 30 Pasar Lapan
Pengamalan Sila Kedua Pancasila dengan Bermain Peran ala Guru SD Negeri 30 Pasar Lapan (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Sebagai Guru Sekolah Dasar (SD) yang merupakan tingkat awal, Hotma Wulansari Sitohang berpandangan, dalam pembentukan karakter anak harus mampu mewujudkan profil pelajar Pancasila.

Dalam pembelajaran kali ini, guru di UPT SD Negeri 30 Pasar Lapan, Kabupaten Batubara, yang akrab disapa Wulan itu mengatakan, selain mengetahui bunyi dan lambang dari sila-sila Pancasila, peserta didik diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila.

“Dan kali ini saya melakukan pembelajaran dengan metode bermain peran,” kata Wulan, Minggu (9/7).

Diterangkannya, bermain peran adalah suatu cara penguasaan materi-materi pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankan tokoh ataupun kejadian tertentu.

“Metode ini memiliki manfaat terhadap perkembangan karakter anak. Karena dengan bermain peran ini dapat membantu dalam meningkatkan keterampilan kognitif dan kreativitas anak serta daya imajinasinya,” terang Wulan, salah satu guru imbas Program PINTAR Tanoto Foundation.

Pembelajaran kali ini, Wulan berkolaborasi dengan guru kelas IB dan guru kelas II . Mereka sepakat menyebutnya “Simulasi dalam Angkutan”.

Awalnya peserta didik mengangkat bangku-bangku ke halaman sekolah dengan pola seat 2.3 (sebelah kanan 3 bangku, sebelah kiri 2 bangku) dan bagian depan 1 bangku sebagai posisi sopir.

Sebagai pendahuluan seperti biasa Wulan memberikan ice breaking agar peserta didik lebih rileks dan membangkitkan semangat belajar. Kemudian menceritakan pengalaman yang menyedihkan kepada peserta didik.

Terdengar dari barisan bangku paling belakang, “Kasian ibu,” ucap Salsa.

Kemudian peserta didik melafalkan Pancasila beserta lambangnya.

Untuk menstimulus konsentrasi peserta didik, Wulan menanyakan materi yang lalu mengenai sila kesatu Pancasila. Wulan bertanya, “Coba, siapa yang ingat contoh pengamalan atau sikap yang menunjukkan sila kesatu?”

“Lambangnya bintang, bu,” jawab Rafael.

“Bukan lambangnya, nak, tapi contoh sikap, apa yang kita lakukan kemarin itulah contohnya,” Wulan menimpali.

“Ooooo makan bersama dan berdoa, bu,” jawab Petra.

Siswa lainnya, Gideon mengatakan, “Sebelum belajar kita juga berdoa, bu.”

“Ya benar sekali anak-anak ibu pintar-pintar. Apapun agamanya, kita harus berdoa sebelum dan sesudah melakukan aktivitas, itulah contoh sila kesatu yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Nah, kali ini kita bermain peran dalam angkutan yang nantinya anak-anak ibu akan tau contoh pengamalan dari sila kedua Pancasila yang berbunyi Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,” Wulan menuturkan.

Untuk sesi pertama bangku sopir diduduki oleh Aqsah siswa kelas II dan yang lainnya sebagai penumpang. Saat Wulan mengatakan, “Maju Pak Sopir. Maka Si Sopir pun seolah-olah menginjak pedal gas mobil dan mereka pun serentak menirukan suara mobil “ngeeeng…ngeeeeng”. Lalu sopir pun memberhentikan laju kendaraan karena ada penumpang ibu hamil (Guru Kelas II).”

Setelah Nurlinda Sari, guru lainnya berdiri di tengah-tengah penumpang, maka Wulan bertanya. “Sebagai pelajar Pancasila, sebaiknya apa yang anak-anak ibu lakukan melihat ada ibu hamil berdiri?”

“Suruh duduk, bu,” teriak peserta didik.

Lalu saya mengarah kepada Saufa dan memberikannya mikrofon. “Silahkan duduk. Bu, biar saya aja yang berdiri,” ucapnya.

“Tepuk tangan buat Saufa,” ucap Wulan.

Di akhir kegiatan, Wulan mengajukan pertanyaan kepada peserta didik. “Dari apa yang sudah kita lakukan tadi, kira-kira apa yang menjadi contoh bentuk pengamalan sila kedua?”

Para siswa pun serentak menjawab serentak, “Memberikan tempat duduk sama orang. Ngasi tempat duduk sama ibu hamil.”

Wulan menuturkan, saat anak mengalami secara langsung terkait pembelajaran, maka mereka akan lebih memahami materi itu sendiri.

“Begitulah pembelajaran yang saya dapat dalam pelatihan Tanoto, Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi (MIKiR). Dengan simulasi di dalam angkutan ini saya merasa tujuan pembelajaran kali ini tercapai, yaitu tentang sila kedua Pancasila. Peserta didik mampu menyimpulkan dari rangkaian kegiatan pembelajaran,” tandasnya.

(REL/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi