Pedagang daging sapi menunggu pembeli di Pasar Rakyat Al Mahirah, Desa Lamdingin, Banda Aceh, Aceh, Kamis (16/7/2020). (ANTARA FOTO/Ampelsa)
Analisadaily.com, Medan - Idul Adha 1441 Hijriah sebentar lagi. Idul Adha yang jatuh pada tanggal 31 Juli 2020, biasanya identik dengan pembagian daging kurban yang dilakukan oleh masyarakat muslim.
Pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin mengatakan, Idul Adha tahun ini menyisahkan masalah besar, dimana Covid-19 secara langsung telah mengubah tatanan sosial ekonomi masyarakat.
“Untuk tahun ini, diperkirakan jumlah hewan kurban yang akan disembelih turun dalam rentang 28 persen hingga 33 persen di bandingkan tahun sebelumnya. Dari beberapa agen penjual hewan kurban, mendekati Idul Adha ini mereka menyatakan orderan untuk hewan kurban masih baru sekitar 60 persen dibandingkan realisasi tahun sebelumnya,” kata Gunawan, Rabu (22/7).
Diterangkan Gunawan, sebagai gambaran, seorang agen hewan kurban yang tahun lalu bisa menjual 170 ekor sapi selama Idul Adha, saat ini agen tersebut baru menerima order penjualan sapinya di bawah 100 ekor.
“Padahal menurut hitungan yang kita lakukan, seharusnya jika kondisi normal saja, pesanan sapinya seharusnya sudah mencapai 140 ekor disaat-saat seperti ini (sekitar 1 hingga 2 pekan sebelum hari H),” sebutnya.
“Penjualan sapi salah satu responden yang kita teliti tersebut diperkirakan akan menjual 120 ekor saat Idul Adha nanti. Jadi ada penurunan sekitar 30 persen jika membandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya. Dan kabar yang tidak kalah buruk, penjualan sapi di sejumlah rumah pemotongan hewan belakangan ini juga mengalami penurunan,” sambungnya.
Diungkapkan Gunawan, memasuki bulan Juli, rata-rata permintaan daging sapi menyusut 14 persen secara harian. Tren konsumsi daging sapi mengalami penurunan belakangan ini. Hal ini indikasi yang kurang begitu baik, karena konsumen terbesar daging sapi itu adalah pedagang bakso sekitar 70 persen, sisanya rumah makan, kafe, restoran, dan rumah tangga.
Menurut Gunawan, penurunan konsumsi daging ini sangat erat kaitannya dengan masalah daya beli. Menurut hitungannya juga, penurunan 14 persen konsumsi daging sapi secara harian akan mengurangi 1 orang pekerja di rumah potong hewan. Dampak luasnya juga akan sangat terasa pada penurunan omset hingga pemutusan hubungan kerja di level pedagang bakso, rumah makan, kafe, hingga restoran.
“Ini gejala ada masalah di daya beli masyarakat kita. Daging merupakan komoditas yang kerap saya jadikan tolak ukur daya beli masyarakat. Karena semakin baik daya beli masyarakat. Akan semakin banyak konsumsi daging sapi atau makanan berkualitas lainnya,” Gunawan menandaskan.
(RZD)