Puluhan Tenaga Medis di RSU Kabanjahe Unjuk Rasa

Puluhan Tenaga Medis di RSU Kabanjahe Unjuk Rasa
Kepolisian Polres Karo saat berkomunikasi dengan para tenaga medis dan perawat, Jumat (14/8). (Analisadaily/Alex Ginting)

Analisadaily.com, Kabanjahe - Puluhan tenaga medis dan perawat khusus pasien Covid-19 di RSU Kabanjahe, melakukan unjuk rasa, Jumat (14/8). Mereka menuntut karena adanya pemotongan uang lelah dari Gugus Tugas, dana insentif dari pusat, uang daya tahan tubuh jaga malam dan uang BPJS.

Pengakuan ini dilontarkan di hadapan aparat Kepolisian Polres Karo di gerbang masuk ke RSU Kabanjahe, saat para perawat akan melanjutkan aksinya ke kantor bupati Karo.

Namun, Waka Polres Karo, Kompol H Panggabean bersama Kabag OPS, Kompol D Munte, menyarankan agar tidak unjuk rasa ke kantor bupati, tapi difasilitasi pertemuan dengan manajemen RSU Kabanjahe.

Saran itu pun diterima perawat. Pertemuan dihadiri Bupati Karo, Terkelin Brahmana, Direktur RSU Kabanjahe, dr Arjuna Wijaya, para manajemen RSU Kabanjahe dan Sekretaris Ekspetorat Pemkab Karo, Ryadi Tarigan.

Pada kesempatan itu, perwakilan tenaga medis khususnya dari perawat memempertanyakan pemotongan uang lelah. Ditandatangani Rp 40.000, tapi diterima Rp 25.000 sampai Rp 30.000 pemotogan untuk pajak.

“Termasuk pemotongan dana daya tahan tubuh jaga malam, uang BPJS sebesar 1 persen. Bahkan di saat unjuk rasa di halaman RSU, perawat mengakui bantuan sembako dari pihak donatur mereka tidak terima, kecuali foto saja saat penerimaan bantuan sembako dari pihak donator,” kata perawat.

Sekretaris Ekspetorat, Riady Tarigan mengatakan, semua kegiatan berkaitan dengan Covid-19 tidak ada pajak. Bantuan kepada RSU Kabanjahe dalam penanganan Covid-19 sebesar Rp 3.3 miliar.

dr Arjuna Wijaya mengatakan, soal pemotongan itu tidak benar. Kalau soal uang makan, itu karena kesepakatan. Seharusnya itu bentuk makanan bagi perawat tiap hari dinilaikan Rp4 0.000/orang.

“Tapi karena perawat meminta diganti uang saja, makan kita sepakati jadi uang. Itulah ceritanya,” kata Arjuna.

Ketika hal ini ditanya kepada sejumlah perawat masih di RSU Kabanjahe seusai pertemuan di aula membenarkannya.

“Bagaimana kami bisa makan kalau hanya nasi, mie kering dan telur dan tidak berkuah. Tidak termakan. Maka kami minta ganti uang saja. Sekali makan pun terbeli kalau bisa dimakan tentu lebih sehat, Pak,” ujar para perawat.

Ditanya soal bantuan sembako kepada para medis yang diakui para medis tidak ada mereka terima, Arjuna membantah.

“Medis yang menerima bantuan sembako itu adalah yang tinggal jaga di RSU Kabanjahe,” kata Arjuna.

Perawat yang berjaga dan tinggal di RSU Kabanjahe yang menangani pasien Corona, Pandia, yang sempat menangis menyampaikan keluhannya saat pertemuan mengatakan, tidak ada menerima.

“Semulan saya tinggal di sini. Tidak jumpa dengan anak-anak dan keluarga karena menangani pasien Covid-19. Saya tidak ada menerima Pak, termasuk teman saya ini perawat,” ucapnya.

“Kecuali hanya petugas penerima bantuan sembako. Difoto saat menerima, setelah itu diminta lagi dan tidak tahu ke mana dibagikan atau dibawa kemana kami tidak tahu,” sambung Pandia.

Terkelin Brahmana mengatakan, dirinya bukan dewa. Tahu semua permasalahan dan semua dapat diselesaikannya.

“Dalam seminggu ini semua ini harus diselesaikan dengan baik,” tegas Terkelin kepada Arjuna Wijaya.

(ALEX/CSP)

Baca Juga

Rekomendasi