Ilustrasi (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Jakarta - Tantangan akibat pandemi Covid-19 terus berlangsung bagi industri Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di ASEAN, khusus di Indonesia yang merupakan ujung tombak perputaran ekonomi dalam negeri.
Di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19, UKM memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Meski demikian, UKM justru menjadi industri yang rentan sehingga banyak pelaku UKM harus menutup usahanya sementara karena berbagai tantangan yang timbul.
Untuk membantu UKM menghadapi masa sulit ini, pemerintah, institusi keuangan serta para pemangku kepentingan lain dalam ekosistem bisnis seperti asosiasi industri hingga perusahaan teknologi ikut serta dalam upaya menjaga dan meningkatkan ketahanan dari UKM sehingga mampu bertahan hingga pandemi usai.
Dalam Kajian Transformasi UKM ASEAN 2020, United Overseas Bank (UOB) bersama Accenture dan Dun & Bradstreet (D&B) melakukan survei terhadap 1.000 UKM di lima negara ASEAN yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam untuk memperoleh pandangan mereka atas dampak pandemi Covid-19.
Enrico Tanuwijaya, Ekonom UOB Indonesia memaparkan, berdasarkan hasil survei tersebut, pandemi Covid-19 telah mempercepat penyerapan teknologi dalam bisnis UKM.
Menurutnya UKM berupaya untuk fokus pada transformasi digital sebagai cara untuk mendorong arus pemasukan mereka secara online di tengah pandemi.
"Sebanyak 65% dari UKM yang disurvei menyatakan teknologi merupakan investasi utama mereka dengan prioritas untuk membangun kemampuan dalam layanan dan penjualan digital," ujarnya dalam webinar Media Editors' Roundtable Discussion: What’s Next for Indonesia’s SMEs post Covid-19 di Jakarta, Selasa (3/11).
Enrico memaparkan sebanyak 57% UKM optimis dengan keadaan ekonomi ketika wabah mereda. Langkah UKM berinvestasi pada teknologi akan memberikan cara-cara baru bagi individu dan bisnis dalam beroperasi, bekerja, hidup dan bermain serta membantu UKM untuk bertahan di tengah kompetisi.
Untuk membantu UKM menghadapi masa depan, Kajian Transformasi UKM ASEAN 2020 juga memberikan pandangan bagaimana UKM dapat mengembangkan strategi digital pada enam area bisnis yang dapat ditingkatkan melalui penerapan teknologi dan cara-cara yang dapat mereka terapkan dengan mitra ekosistem bisnis untuk bersaing di ekonomi digital.
Hasil survei juga menyebutkan sebanyak 52% UKM menyatakan bahwa penurunan penjualan adalah kekhawatiran terbesar sebagai dampak dari pandemi Covid-19 diikuti dengan tekanan terhadap arus kas (49%).
"Guna mengatasi kekhawatiran ini, 88% UKM memilih untuk mengurangi biaya untuk memperbaiki efisiensi diikuti dengan 79% UKM memilih untuk mengurangi biaya pemasaran," ujar Enrico.
Sementara sebanyak 58% UKM menyatakan tidak akan melanjutkan rencana investasi yang sudah dipersiapkan di tahun ini.
"Tanah dan bangunan (49%) serta pengembangan keahlian karyawan (43%) merupakan opsi investasi UKM lainnya," pungkas Enrico.
(TRY/EAL)