Resesi, Ekonom Indef Sarankan Pemerintah Rombak PEN

Resesi, Ekonom Indef Sarankan Pemerintah Rombak PEN
Ekonom Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Sabtu (27/6) lalu. (ANTARA/Sugiharto Purnama)

Analisadaily.com, Jakarta – Ekonom dari Institute for Development Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, menilai pemerintah perlu melakukan perombakan terhadap sejumlah stimulus program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang dianggap belum efektif mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bhima menjelaskan, program stimulus yang tepat dan efektif dapat memulihkan keadaan perekonomian Indonesia dari resesi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 minus 3.49 persen.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada dua kuartal berturut-turut ini membuat Indonesia resmi mengalami resesi.

“Yang harus dilakukan merombak stimulus PEN yang dianggap tidak membantu sektor usaha, misalnya kartu Prakerja, kemudian batuan subsidi bunga dan penempatan dana di perbankan,” kata Bhima dilansir dari Antara, Kamis (5/11).

Masih kata Bhima, stimulus itu dianggap tidak efektif untuk menyokong pergerakan ekonomi, seperti yang diharapkan pemerintah.

Menurut dia, stimulus PEN dapat dialihkan pada industry atau jasa kesehatan, perlindungan sosial dan penguatan bantuan subsidi untuk UMKM yang terdampak pandemi Covid-19.

Meski pertumbuhan belanja pemerintah meningkat di atas 9 persen terhadap PDB, dari sebelumnya 8 persen, porsi belanja ini dinilai masih kecil.

“Artinya, serapan belanja PEN selain nominalnya masih kecil, harusnya masih bisa ditingkatkan lagi,” tuturnya.

Oleh karena itu, Bhima mendorong pemerintah meningkatkan porsi belanja, termasuk program PEN, agar pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2020 bisa meningkat dan mendorong pemulihan ekonomi lebih cepat.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi