Pengamat Politik: Serangan Fajar Hanya Efektif Maksimal 40 Persen

Pengamat Politik: Serangan Fajar Hanya Efektif Maksimal 40 Persen
Warga melintas dekat mural bertema ajakan kepada masyarakat agar menolak segala bentuk politik uang di Pilkada 2020 di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (4/12/2020). (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Analisadaily.com, Serdang Bedagai - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020, khususnya di 23 kabupaten/kota di Sumatera Utara (Sumut) semakin dekat. Pesta Demokrasi akan digelar 9 Desember 2020.

Banyak permasalahan yang terjadi setiap kali Pilkada, Pileg, atau Pemilu berlangsung. Salah satunya soal money politic atau politik uang. Kebudayaan membeli suara atau vote buying, atau yang lebih dikenal masyarakat serangan fajar, menjadi hiasan setiap kali Pesta Demokrasi berlangsung.

Hal tersebut tentunya menjadi masalah, karena pemimpin yang terpilih bukanlah hasil dari hati nurani masyarakat, namun karena ada sesuatu yang ditermia. Orang Medan sering menyebut, “Ada apanya, bukan apa adanya.”

Berdasarkan penelitian, vote buying atau serangan fajar hanya efektif maksimal 40 persen dari yang diharapkan. Pengamat Politik Universitas Sumatera Utara (USU) Fernanda Putra Adela mengatakan, praktik membeli suara atau vote buying sudah mendarah daging bagi sebagian besar masyarakat.

“Kita tidak bisa menutup mata tentang money politic. Apalagi saat ini pandemi melanda, kesulitan ekonomi masyarakat menjadi senjata bagi seluruh kandidat, dan ini harus dikawal, baik oleh KPU atau masyarakat,” jelasnya, Senin (7/12).

Menurut Dosen USU ini, kandidat yang hanya membeli suara namun tidak menjual visi misi, dan program kerjanya kepada masyarakat hanya akan mendapatkan kekecewaan yang besar. Kandidat akan melakukan timpa-timpaan jumlah uang, dan ini akan dinikmati masyarakat.

“Makanya kita dorong kandidat untuk membantu kerja KPU menyosialisasikan Pilkada, tidak hanya sebatas pemilih potensial yang ditunutut memilih, tetapi semua lapisan masyarakat. Sebab vote buying tidak efektif dan hanya memberikan kekecewaan bagi kandidat,” harapnya.

Dirinya juga memperkirakan tingkat partisipasi pemilih pada Pilkada ini juga akan turun di Sumut. Sebab pemilih yang berusia di atas 50 tahun akan mempertimbangkan diri hadir ke TPS, khususnya di tengah pandemi Covid-19.

“Kita mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga kondusifitas selama Pilkada berlangsung. Kita berharap Pilkada ini sukses meski di tengah pandemi,” tandasnya.

Sementara itu, Darma Wijaya berkomitmen untuk mewujudkan Pilkada Serdang Bedagai (Sergai) damai, bersih, adil, dan jujur. Bersama Adlin Umar Yusri Tambunan, Wiwik rutin menyosialisasikan kepada masyarakat untuk hadir ke TPS.

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi