Kepada Menparekraf, Martin Manurung Tegaskan Danau Toba Menerima Wisatawan Semua Agama

Kepada Menparekraf, Martin Manurung Tegaskan Danau Toba Menerima Wisatawan Semua Agama
Anggota DPR RI, Martin Manurung (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Parapat - Anggota DPR RI, Martin Manurung, menegaskan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, bahwa destinasi wisata Danau Toba menerima wisatawan dari semua agama sehingga tidak perlu ada pemberian label tertentu.

"Danau Toba itu dapil saya. Kalau ada yang mengatakan akan kembangkan wisata halal Danau Toba, orang-orang (warga daerah) pasti marah. Karena sejak dulu Danau Toba itu sudah menerima dengan baik wisatawan dari berbagai agama," ujar Martin kepada Sandiaga Uno dalam diskusi daring fraksi Partai Nasdem DPR RI bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kamis (14/1).

Jika dilihat secara jelas, kata Martin, fasilitas-fasilitas pendukung bagi wisatawan muslim sudah tersedia di kawasan Danau Toba sejak lama. Seperti hotel dan restoran yang menyediakan makanan halal, tempat ibadah, dan fasilitas pendukung lainnya.

Namun jika dirasa perlu menambah fasilitas ibadah seperti mushola, Martin meyakini masyarakat Danau Toba tidak ada yang keberatan.

"Saya mengenal daerah itu (Danau Toba). Saya pikir tidak ada satupun orang yang akan menolak untuk membangun fasilitas mushola. Yang terpenting harus duduk bersama dengan para tokoh masyarakat di sana (untuk mendiskusikan). Fasilitas pendukung apa sebenarnya yang harus kita lengkapi untuk mengembangkan pariwisata Danau Toba ini," sambung Wakil Ketua Komisi VI DPR RI tersebut.

Martin menjelaskan dari data _Global Muslim Travel Indeks_, Indonesia sudah berada di posisi pertama destinasi wisata halal terbaik dunia tahun 2019. Sehingga menurutnya tidak perlu lagi pemberian label yang justru dapat menciptakan kegaduhan dan merugikan destinasi wisata itu sendiri.

"Ini sebenarnya sudah on the track. Sudah bagus, tinggal kita kerjakan saja di lapangan. Tidak perlu terlalu banyak diberikan label sehingga bisa kita kembangkan destinasi wisata dan kita bisa raih pasar sebanyak-banyaknya dari konsumen ini," pungkas Martin.

Sementara Menparekraf, Sandiaga Uno, mengatakan pemahaman kita mengenai pariwisata halal masih belum satu frekuensi. Masih perlu pemahaman yang sama.

Menurut Sandi, kita tidak boleh terjebak pada istilah atau terminologi terkait pariwisata halal yang justru dapat membuat kegaduhan.

"Bapak presiden menitipkan, mbok ya jangan gaduh. Kita nggak mau gaduhlah. Kita mau rangkul semua," kata Sandiaga Uno.

Terkait Danau Toba, Sandi sepakat bahwa di sana sudah ada fasilitas-fasilitas bagi wisatawan muslim seperti restoran penyedia makanan halal.

"Saya sepakat dengan Pak Martin. Betul, memang dalam kunjungan saya ke Danau Toba sudah ada restoran-restoran yang memberikan extention of services," sebutnya.

"Saya sudah ke Danau Toba, ke Labuhan Bajo, ke Bali. Semua makanannya halal, itu sudah ada. Tinggal tadi, extention of services," jelasnya.

Sandi mengatakan Danau Toba punya peluang untuk terus berkembang dan semakin banyak dikunjungi. Akhirnya dapat membuka lapangan kerja seluas-luasnya di sektor pariwisata dan membangkitkan ekonomi kreatif.

"Peluang-peluang ini harus kita kembangkan bersama-sama. Dan mudah-mudahan kita tidak terjebak dengan terminologi-terminologi," ungkap Sandi menyambut masukan dari Martin Manurung.

Dalam FGD ini fraksi Nasdem bersama Menparekraf sepakat untuk tidak terjebak pada label atau terminologi 'wisata halal' yang berpotensi melahirkan kegaduhan.

"Itu tidak perlu. Yang perlu ada penyamaan frekuensi pemahaman agar kita bisa mengambil peluang pasar ini," ujar Sandiaga.

"Kita sepakat kalau soal ketersediaan makanan halal, tempat sembahyang dan lain sebagainya untuk wisatawan muslim dan semua agama. Penyamaan frekuensi seperti ini sangat penting agar kerja-kerja pembenahan yang dilakukan pemerintah bisa lebih maksimal," pungkas Martin.

(FHS/EAL)

Baca Juga

Rekomendasi