Inggris Deteksi Varian Covid-19 Afsel dan Brasil

Inggris Deteksi Varian Covid-19 Afsel dan Brasil
Orang-orang berjalan melewati toko dan kios pasar di tengah wabah penyakit virus Corona di London timur, Inggris, 23 Januari 2021. (REUTERS/Henry Nicholls)

Analisadaily.com,London - Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock mengatakan, mereka telah mendeteksi 77 kasus varian Covid-19 Afrika Selatan. Ia juga mendesak mendesak orang-orang untuk displin mengikuti aturan penguncian sebagai tindakan pencegahan terbaik terhadap varian, yang berpotensi lebih mematikan.

Matt menyampaikan, semua 77 kasus terkait dengan perjalanan dari Afrika Selatan dan sedang dalam pengamatan ketat, begitu pula sembilan kasus varian Brasil yang teridentifikasi.

"Mereka berada di bawah pengamatan yang sangat dekat, dan kami telah meningkatkan pelacakan kontak untuk melakukan segala yang kami bisa untuk menghentikan penyebaran mereka," kata Hancock dalam wawancara di televisi BBC dilansir dari Reuters, Minggu (24/1).

Wakil Ketua Komite Ilmiah Vaksinasi, yang menasihati pemerintah, Profesor Oxford, Anthony Harnden mengatakan, varian Afrika Selatan dan Brasil menjadi perhatian karena vaksin Covid-19 mungkin tidak efektif melawan mereka.

“Varian baru di luar negeri benar-benar mengkhawatirkan. Di Afrika Selatan dan Amazon Brasil, ada petunjuk, akan ada pelarian vaksin,” kata Harnden di Sky News.

Ia menambahkan, varian baru akan terus bermunculan di seluruh dunia.

Inggris memiliki jumlah kematian tertinggi di Eropa akibat Covid-19, mendekati 100.000, dan telah diisolasi selama sebagian besar Januari dengan rumah sakit berjuang untuk mengatasi rekor jumlah pasien Corona yang sakit parah.

Pemerintah telah mengaitkan tingginya tingkat penularan yang menyebabkannya memberlakukan penguncian sebagian dengan varian yang sangat menular yang pertama kali diidentifikasi di Inggris tenggara dan sekarang lazim di banyak daerah.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengatakan, varian mungkin terkait dengan tingkat kematian yang lebih tinggi, meskipun para ilmuwan telah mengatakan bukti tentang itu tetap tidak pasti, pesan yang ditekankan kembali oleh Hancock pada hari Minggu.

"Para ilmuwan berpikir bahwa itu mungkin lebih mematikan, dan mereka telah membuat berbagai perkiraan bahwa dari sekitar 10% lebih mematikan hingga sedikit lebih dari itu, kami tidak yakin tentang seberapa jauh lebih mematikan," katanya di Sky News.

“Di satu sisi, bagi kita semua, itu tidak masalah, yang penting adalah kita harus mengendalikan virus ini dan satu-satunya cara Anda melakukannya adalah dengan menghentikan kontak sosial dan mengikuti aturan,” tambah Johnson.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi