Salah satu lokasi hunian di Papua Nugini. (AFP/SAEED KHAN)
Analisadaily.com, Port Moresby - Papua Nugini akan menutup sekolah, membatasi pergerakan yang tidak penting dan mewajibkan penggunaan masker, untuk membendung lonjakan kasus Covid-19 yang sekarang memadati rumah sakit.
"Semua sekolah di negara itu akan ditutup pada akhir pekan ini menyusul peningkatan tajam" dalam kasus-kasus," kata Pengawas Pandemi, David Manning dilansir dari Channel News Asia, Kamis (18/3).
Di ibu kota Port Moresby, orang akan diminta untuk tidak meninggalkan rumah kecuali untuk "keperluan medis, pekerjaan dan bisnis" dan toko-toko harus tutup pada jam 8 malam.
Pemerintah diharapkan mengumumkan tindakan itu kepada publik pada Kamis malam dan serangkaian lockdown lokal juga dapat diberlakukan. Papua Nugini menutup perbatasannya tahun lalu dan menghindari pandemi terburuk, tetapi telah melaporkan lebih dari 1.000 kasus dalam sebulan terakhir saja.
Pada hari Selasa negara itu melaporkan 128 kasus baru tetapi para ahli khawatir penularannya sekarang meluas, karena tingkat pengujian tetap sangat rendah.
"Semua provinsi di negara miskin Pasifik Selatan berpenduduk sembilan juta itu saat ini mengalami lonjakan Covid-19," kata Manning.
Ada tanda-tanda tidak menyenangkan bahwa lonjakan itu membebani sektor kesehatan yang terus-menerus tegang di negara itu, yang sudah menghadapi polio, tuberkulosis yang resistan terhadap obat, dan HIV/AIDS.
Dokter mengatakan kepada AFP pada hari Kamis, beberapa fasilitas utama terpaksa ditutup atau dikurangi kapasitasnya karena staf dinyatakan positif terkena virus.
CEO Rumah Sakit Umum Port Moresby, Paki Molumi mengatakan, sekitar 70 persen staf telah dites positif sementara Rumah Sakit Gerehu, rumah sakit rujukan kedua di ibu kota, telah ditutup.
Menteri Kesehatan, Jelta Wong menyampaikan, akan terjadi lonjakan lebih lanjut dalam beberapa pekan mendatang. Ia pun menyerukan kepada pembuat obat AstraZeneca untuk segera mengalihkan satu juta dosis vaksin yang dibeli oleh Australia untuk menghentikan krisis yang membayangi.
Pengiriman pertama 8.000 vaksin untuk pekerja garis depan diharapkan tiba dari Australia pada hari Senin.
"Transmisi komunitas ada di luar sana, dan saya cukup yakin bahwa kami belum banyak mendeteksi. Tapi kami bekerja dengan kapasitas penuh hanya untuk memastikan bahwa kami mencapai semua tempat," kata Wong.
Medan kasar Papua Nugini berupa lembah pegunungan tinggi, hutan lebat, dan kurangnya infrastruktur membuat pengukuran skala darurat menjadi sulit.
Tetapi kepala petugas medis Australia Paul Kelly mengatakan ada laporan rumah sakit di ibu kota Port Moresby mendeteksi virus di sekitar setengah dari penerimaan pasien baru.
"Separuh dari wanita yang datang karena hamil ternyata positif. Kami melihat banyak petugas kesehatan di garis depan di Papua Nugini sekarang terjangkit Covid-19," katanya.
Tambang Ok Tedi yang luas di utara negara itu pada hari Kamis mengumumkan penutupan operasi selama dua minggu sebagai tanggapan terhadap wabah tersebut.
Tambang tembaga dan emas terletak di dataran tinggi terpencil Papua Nugini, mempekerjakan ribuan orang dan menyumbang sekitar 7 persen dari PDB negara, menurut angka perusahaan(CSP)