Lockdown Dilonggarkan, Perburuan Badak Meningkat

Lockdown Dilonggarkan, Perburuan Badak Meningkat
Seekor badak dicabut tanduknya di tengah meningkatnya kekhawatiran perburuan badak, karena pembatasan perjalanan penyakit Covid-19 mereda, di Cagar Alam Balule di Hoedspruit, provinsi Limpopo, Afrika Selatan 26 April 2021. (Reuters/Siphiwe Sibeko)

Analisadaily.com, Kruger - Perburuan badak meningkat lagi di Afrika Selatan sejak pemerintah melonggarkan pembatasan virus Corona, menyusul jeda selama setahun karena pandemi.

Pembatasan ketat untuk perjalanan, termasuk perjalanan internasional, yang diberlakukan pada Maret tahun lalu memiliki efek samping yang menggembirakan yaitu menjauhkan para pemburu. Pada tahun 2020, 394 badak diburu, 30 persen lebih sedikit dari tahun sebelumnya dan penghitungan tahunan terendah sejak 2011.

Tapi kemudian Afrika Selatan mulai melonggarkan pembatasan perjalanan internasional pada November.

"Sejak November, Desember tahun lalu dan hingga 2021, lanskap ini dan khususnya Taman Nasional Kruger telah mengalami sejumlah besar insiden perburuan Badak," kata Pemimpin Badak Afrika untuk Jaringan Internasional WWF, Jo Shaw dilansir dari Reuters, Senin (3/5).

Dia menolak mengatakan berapa banyak insiden yang terjadi.

"Ada ancaman yang sangat nyata dan nyata karena tekanan perburuan meningkat sejak lockdown mungkin untuk memenuhi permintaan dari pasar internasional," kata dia.

Perburuan badak sering melibatkan pemburu lokal dan sindikat kriminal internasional yang menyelundupkan komoditas bernilai tinggi melintasi perbatasan, seringkali ke Asia di mana permintaan tinggi.

Menurut Save the Rhino di situsnya, metode mereka kejam, badak kadang-kadang ditembak dengan senjata penenang sebelum tanduknya dipotong, mengakibatkan hewan itu dibiarkan mati kehabisan darah.

Direktur observatorium kejahatan terorganisir untuk Afrika timur dan selatan di Inisiatif Global Melawan Kejahatan Terorganisir Transnasional, Julian Rademeyer mengatakan, Badak lain dibunuh dengan senapan berburu berkekuatan tinggi sebelum cula dicabut.

Cagar alam, yang telah berjuang melawan anggaran yang lebih ketat di tengah jeda pariwisata akibat virus corona, juga telah dipaksa untuk mengurangi patroli anti-perburuan, menambah ancaman bagi badak.

Beberapa cagar alam menggunakan dehorning sebagai cara untuk mencegah pemburu gelap bersenjata mengambil keuntungan dari perjalanan lintas batas yang lebih mudah.

Dokter hewan memotong cula di bagian rintisan, bukan membuang semuanya, yang mencegah badak berdarah sampai mati. Cagar Alam Balule, yang terletak di sistem Kruger lebih besar, telah mencabut 100 badak sejak April 2019.

Kementerian lingkungan negara itu diperkirakan akan merilis angka perburuan setengah tahun 2021 pada akhir Juni.

"Karena pembatasan penguncian dari waktu ke waktu semakin berkurang, akibatnya terjadi peningkatan dalam perburuan," kata Rademeyer.

Afrika Selatan memiliki sekitar 16.000 badak yang terletak di dalam perbatasannya, Frances Craigie, direktur penegakan hukum di kementerian lingkungan mengatakan kepada Reuters.

Tapi perburuan yang tak henti-hentinya dan kekeringan di wilayah Timur Laut telah memukul populasi badak dengan keras. Di Taman Nasional Kruger, jumlah badak telah anjlok hampir lebih dari dua pertiga dalam dekade terakhir menjadi sekitar 3.800 pada 2019 dari 11.800 badak pada 2008, sebuah laporan Taman Nasional Afrika Selatan menunjukkan.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi