Aturan Dilonggarkan, Atlet Boleh Ekspresikan Protes Politik di Olimpiade

Aturan Dilonggarkan, Atlet Boleh Ekspresikan Protes Politik di Olimpiade
Pesepakbola di turnamen Euro 2020 berlutut untuk mendukung kampanye Black Lives Matter melawan rasisme. (AFP/Andreas Gebert)

Analisadaily.com, Tokyo - Atlet di Olimpiade 2020 akan diizinkan mengekspresikan pandangan mereka sebelum dan sesudah bertanding, tetapi tidak di podium.

Komite Olimpiade Internasional (IOC) merilis pedoman baru pada Jumat (2/7), melunakkan larangan lama terhadap protes politik di Olimpiade.

Ini berarti para atlet sekarang akan diizinkan berlutut sebelum pertandingan dimulai untuk menyoroti ketidakadilan rasial.

"Namun pernyataan politik selama acara, upacara kemenangan dan di Desa Olimpiade masih belum jelas," kata IOC dilansir dari Channel News Asia, Sabtu (3/7).

"Protes tidak boleh menargetkan, secara langsung atau tidak langsung, terhadap orang, negara, organisasi dan/atau martabat mereka", kata badan olahraga itu dalam sebuah pernyataan.

Mereka juga tidak boleh mengganggu pesaing lain, seperti mengibarkan bendera saat tim sedang diperkenalkan.

"Pedoman baru adalah hasil dari konsultasi ekstensif kami dengan komunitas atlet global," kata Ketua komisi atlet IOC, Kirsty Coventry.

Sementara pedoman menawarkan peluang baru bagi atlet untuk mengekspresikan diri sebelum kompetisi, mereka mempertahankan kompetisi di Lapangan Permainan, upacara, upacara kemenangan, dan Desa Olimpiade.

"Ini adalah keinginan sebagian besar atlet dalam konsultasi global kami," tuturnya.

Ini mengikuti seruan untuk melonggarkan aturan 50.2 dari Piagam Olimpiade, yang menyatakan: "Tidak ada jenis demonstrasi atau propaganda politik, agama atau rasial yang diizinkan di situs, venue, atau area Olimpiade mana pun."

Komite Olimpiade dan Paralimpiade AS telah berjanji untuk tidak memberikan sanksi kepada atlet Amerika atas demonstrasi "hormat" dalam mendukung keadilan rasial dan sosial di Olimpiade Tokyo.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi