Dalam mencapai tujuan pendidikan di tengah pandemi Covid-19, para pendidik harus mampu mengelola pembelajaran yang efektif. Salah satunya adalah menggunakan aplikasi belajar (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Karo - Harus diakui pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau belajar daring mengakibatkan berbagai dampak bagi anak. Antara lain, makin meningkatnya jumlah anak putus sekolah, anak mengalami psikososial. Bahkan mirisnya anak mengalami gangguan intelektual dan emosional.
Belum lagi anak yang merasa bosan mengerjakan tugas-tugas belajar yang disampaikan oleh para guru melalui daring, sehingga berdampak terhadap anak yang kerap menunda pengerjaan tugas-tugasnya, bahkan sering mengabaikannya.
Padahal tujuan pendidikan sejatinya untuk menyiapkan anak agar memiliki kemampuan hidup secara pribadi, beriman, produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini diungkapkan Julia Damaris Bukit kepada Analisa, Kamis (30/9).
“Untuk mencapai tujuan pendidikan di tengah pandemi Covid-19, diupayakan para pendidik mampu mengelola pembelajaran yang efektif. Tantangannya adalah bagaimana mengelola Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas dan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), atau disebut pembelajaran campuran (Blended Learning),” kata Julia yang berprofesi sebagai Kepala SMP Negeri 3 Kabanjahe, Karo ini.
Menurutnya hal ini sangat sulit dilakukan oleh para pendidik karena ada banyak tantangan secara internal pun eksternal. Memang sejak Selasa (31/8), diakui Julia, SMP Negeri 3 Kabanjahe, Karo telah melaksanakan PTM Terbatas, karena wilayah keberadaan sekolah menurut data penyebaran Covid-19 bukan berada pada kategori zona merah.
“Siswa hanya dua kali hadir di sekolah dalam satu pekan dengan durasi waktu belajar selama dua jam dan hanya belajar dua mata pelajaran saja. Karena terbatas, kegiatan belajar sangatlah sulit, apalagi setiap anak memiliki karakter dan kemampuan serta latar belakang yang berbeda,” terangnya.
Julia pikir dia harus menemukan sebuah cara untuk memudahkan semua kendala yang dialami para pendidik dan anak. Apalagi ini menjadi tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah.
“Saya memanfaatkan penggunaan dan pemanfaatan aplikasi yang mendukung kegiatan pendidikan (Google Classroom) di sekolah ini,” bilangnya.
Ternyata cara itu meningkatkan kemauan dan semangat belajar anak. Pasalnya dijelaskan Julia, aplikasi ini membuat sistem dan proses pembelajaran menjadi lebih efisien, menghemat waktu dan tenaga, serta lebih ekonomis. Menariknya aplikasi ini juga mempersingkat jarak antar rumah dan sekolah, atau antar pendidik dan anak.
“Pendidik dapat melatih kemandirian siswa dan bisa mengandalkan fitur lainnya seperti menyimpan dokumen dalam google drive saat menjalankan aplikasi dengan praktis, aman dan nyaman,” ungkapnya.
Pun tepat sebagai alternatif lain dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar anak, karena nilai dapat lebih cepat dihitung dan diakumulasikan.
“Anak sudah dapat mengetahui nilai yang mereka peroleh setelah mengirimkan hasil kerjanya. Tentunya ini akan memudahkan para pendidik terkait penilaian,” sambungnya.
Hal itu juga diakui Jubria Tarigan (kelas IX), yang menurutnya belajar dengan aplikasi ini memudahkannya belajar dibandingkan melalui media WhatsAps Group. Pasalnya selama ini Jubria mengaku sering kesulitan dalam mendapatkan bahan materi utama belajar karena banyaknya data komentar teman-teman yang harus dibaca apalagi kalau telat membaca WA. Begitu juga dengan pengakuan Serly (kelas VIII), katanya jadi lebih mudah memeriksa tugas- tugas belajarnya.
“Saya bisa tepat waktu mengirimkan tugas belajar saya,” bilang Frey Mart.
Selain anak, para orangtua yang mendampingi pembelajaran anak juga mengaku sangat terbantu karena dapat melihat tugas-tugas anaknya, bahkan orangtua bisa memantau tugas yang sudah dikerjakan anak, atau tugas yang belum diselesaikan anak. Termasuk juga aplikasi ini digunakan dalam kegiatan pelatihan bagi pendidik pada kegiatan In House Training (IHT) untuk pelatihan dalam program sekolah penggerak.
“Saya sangat bersyukur dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai macam aplikasi TIK dan mengelola pembelajaran masa pandemi Covid -19,” pungkas Julia, Fasda Tanoto Foundation.
(RZD)