Ilustrasi (Net)
Analisadaily.com, Beijing - Dua ahli bioetika terkemuka meminta pemerintah China agar melindungi bayi-bayi hasil rekayasa genetika pertama di dunia yang lahir dari eksperimen dan dikecam secara global.
Usulan tersebut disampaikan Qiu Renzong, ilmuwan dari Akadami Ilmu Sosial China di Beijing serta Lei Ruipeng dari Universitas Sains dan Teknologi Huazhong di Wuhan.
Bayi hasil penyuntingan gen -- yang pertama dari jenisnya di China -- telah diserahkan bulan lalu ke Komisi Kesehatan Nasional, Kementerian Sains dan Teknologi dan Kementerian Pendidikan China.
Dilansir dari
Antara, Minggu (13/3), para ilmuwan menyarankan agar organisasi penelitian dan perawatan khusus dibentuk dan dana dialokasikan untuk merawat ketiga bayi tersebut.
Tetapi beberapa ilmuwan dan ahli etika telah mengkritik proposal pusat penelitian dengan mengatakan itu mungkin bukan demi kepentingan terbaik anak-anak.
Kasus bayi hasil penyuntingan gen ini kembali mencuat ketika He Jiankui yang merupakan ilmuwan di balik bayi-bayi hasil penyuntingan gen akan dibebaskan dari penjara pada tahun ini.
He Jiankui mengejutkan dunia ketika mengumumkan pada November 2018 di sebuah konferensi di Hong Kong bahwa dia telah menciptakan gadis kembar yang dimodifikasi secara genetik, "Lulu" dan "Nana". Bayi ketiga dari gen yang diedit, "Amy", lahir kemudian.
Dia mengatakan telah menggunakan prosedur penyuntingan gen yang dikenal sebagai CRISPR-Cas9 untuk menulis ulang DNA dalam embrio mereka untuk membuat mereka kebal terhadap infeksi HIV, yang dimiliki ayah mereka.
Para ahli mengatakan ada cara lain yang aman dan efektif untuk melindungi orang dari virus. Sementara perkembangan bayi-bayi hasil rekayasa gen itu sampai sekarang belum diketahui.
He Jiankui dipecat dari Southern University of Science and Technology di Shenzhen, tempat dia menjadi profesor, pada Januari 2019.
Setelah penyelidikan, universitas mengatakan He Jiankui secara ilegal melakukan penelitian untuk mengejar ketenaran dan keuntungan pribadi.
(EAL)