Berat Badan Bayi Susah Naik? Waspadai Silent Disease

Berat Badan Bayi Susah Naik? Waspadai Silent Disease
dr lina Haryanti Sp.A. (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Jakarta - Banyak hal menyebabkan berat badan bayi susah naik. Misalnya, kekurangan nutrisi atau bahkan memiliki penyakit tertentu atau bahkan penyakit bawaan. Bayi masih rentan terkena penyakit, karena ketahanan tubuhnya yang belum terlalu kuat. Penyakit yang diderita anak dapat bermacam-macam, mulai dari yang tidak berbahaya sampai yang mengkhawatirkan.

Umumnya penyakit yang diderita anak dapat diketahui melalui gejala dan ciri-ciri yang dialami. Namun, Ada beberapa penyakit yang tidak terdekteksi dengan gejala tetapi masuk dalam kategori penyakit yang cukup mengkhawatirkan. Penyakit-penyakit tersebut bahkan tidak terdeteksi oleh orang tua atau yang biasa dikenal dengan istilah silent disease. Apakah sebenarnya silent disease itu?

dr.Lina Haryanti.,Sp.A dalam wawancaranya bersama Doodle Exclusive Baby Care menerangkan, bahwa tidak ada penyakit yang silent, sebenarnya semua penyakit bergejala hanya saja penyakitnya tidak keliatan, tidak terdeteksi. Padahal ketika periksa ke dokter keliatan ada gejalanya. Kondisi penyakit apapun nafsu makan anak menjadi berkurang hal ini wajar sekali terjadi. Menurutnya, istilah silent disease kurang tepat saja. Karena yang disebut istilah ini adalah penyakit yang tidak ada gejala tetapi mempengaruhi berat badan atau berat badan menjadi susah naik.

Seperti misalnya penyakit Tuberkulosis (TB), infeksi saluran kemih sebenenarnya ada gejala tetapi tidak terdeteksi orangtua. TB pada anak diagnosisnya memang sulit terdeteksi, perlu anamnesis dan wawancara lebih lanjut oleh ahli kesehatan. Jika terkena penyakit ini, badan bayi akan sering mengalami panas. Akibatnya berat badan bayi menjadi berpengaruh. "Sebenarnya ada gejala, hanya saja bukan batuk terus, karena ini ciri TB untuk anak yang sudah besar,” terang dokter Lina.

Lebih lanjut, dokter spesialis anak ini menuturkan, jika Infeksi saluran kemih yang juga dikatakan mengalami silent disease padahal istilah ini dikarenakan orang tua belum mengetahui bahwa sebenarnya anaknya mengidap penyakit ini. Karena biasanya Ketika bayi sudah benar-benar mengalami infeksi saluran kemih, badan bayi atau anak akan panas selama seminggu. Hal inilah yang menyebabkan panas badan bayi akan naik turun sehingga berdampak pada berat badan anak akan turun.

“Anak laki-laki memiliki faktor resiko kelainan kulit di ujung penis, yang disebut simosis. Dimana akan terjadi penyempitan lubang pipis yang tertutup, karena tidak bersih di daerah tersebut, sehingga infeksi. Untuk itu harus diperiksa ke dokter karena ada resiko. Inilah penyakit-penyakit yang menggunakan istilah silent disease. Dimana gejalanya ternyata tidak terdekteksi orang tua, dan harus diperiksa lebih lanjut resikonya apa, meskipun demikian penggunaannya istilah ini kurang tepat,” ungkapnya.

Sebenarnya berapakah berat badan (BB) ideal bayi? Dokter yang berpraktek di RS Permata Cirebon ini mengungkapkan target kenaikan BB nilainya per 3 bulan pertama kenaikannya 25 hingga 30 gram per hari, atau 750 gram hingga 900 gram per bulannya. Dan untuk 3 bulan pertama biasanya kenaikannya pesat biasanya naik 1 kg/bulan. Sedangkan untuk umur 4 hingga 6 bulan atau trisemester kedua, BB bayi sebaiknya 20 gram perhari dimana kenaikannya tidak seperti 3 bulan pertama. Naiknya mulai sedikit yakni 500 gram per bulan sudah dikatakan baik. Dan untuk usia 7 hingga 9 bulan naiknya semakin sedikit lagi yakni 300 gram perbulan. Hal ini biasanya terjadi hingga usia 1 tahun.

“Liat kurva World Health Organization (WHO) digunakan untuk ibu yang rutin saat imunisasi dicek berat badan, panjang badan, lingkar kepala bayi. Acuan ini kemudian diperhatikan dan diikuti potensi dari lahirnya berada di garis yang mana. Jika kurva itu mendatar atau naik sedikit atau bahkan turun sudah gagal kenaikan berat badan atau wealth folttering harus diwaspadai dan dicari penyebabnya apa? Tahun pertama diwajibkan setiap bulan atau 1 bulan sekali mengecek Berat badan, Panjang badan, lingkar kepala,” katanya saat wawancara Bersama doodle.

Dokter Spesialis anak ini mengatakan selain mengecek perkembangan dan pertumbuhan anak setiap sebulan sekali, orang tua perlu memperhatikan asupan nutrisi yang diberikan kepada bayi atau anak. Untuk 6 bulan pertama, dimulai dari bayi yang baru lahir, perlu dipantau minggu pertama dan minggu kedua untuk berat badannya. Karena saat bayi baru lahir, biasanya mengalami penurunan berat badan.

“Saat bayi baru lahir tidak boleh lebih dari 10 persen dari berat lahirnya. Untuk itu, sangat dibutuhkan manajemen laktasi yang baik. Saat bayi baru lahir, ibunya jika blm bisa pelekatan menyusui belum baik diperbaiki, frekuensi menyusui lebih sering. Hal ini dilakukan untuk Merangsang Air Susu Ibu (ASI) untuk keluar, biasanya ASInya sudah ada tetapi belum keluar, itu beberapa masalah bayi baru lahir nutrisi dari ASI,” tutur Dokter Lina.

Ditambahkan lagi, saat bayi berusia 2 minggu, seharusnya berat badan bayi sudah kembali normal seperti bayi baru lahir. Tidak boleh turun terus bahkan jika terlalu jauh perlu dilakukan evaluasi. Jika turun perlu diperbaiki manajemen laktasi harus dikontrol ulang pada minggu kedua, sudah naik atau belum. Treatment ini dilakukan untuk bayi dengan ASI eksklusif.
“Penyebab lain berat badan bayi adalah terjadi pada periode mpasi. Masa kritis akan terjadi pada saat mendekati Mpasi 5 hinga 6 bulan, yang biasanya berat badannya bayi akan berkurang. Disini perlu evaluasi apakah produksi ASI berkurang?

Jangan terburu-buru mengevaluasi apakah anak terkena penyakit lainnya? Apabila penyebabnya ASI yang berkurang, biasanya 5 bulan sudah mendapatkan Mpasi. Walaupun masih minum asi, bayinya sudah siap makan sehingga bayi diperbolehkan untuk mpasi dini untuk menambah kalori,” ungkapnya.

Yang perlu diperhatikan saat bayi sudah mengkonsumsi mpasi adalah asupan mpasi. Dalam hal ini orang tua butuh pengetahuan lebih. Saat ini merupakan era medsos dimana menu-menu mpasi banyak sekali. Intinya yang harus diketahui adalah bayi wajib mendapatkan nutrisi seimbang yang mengandung protein, karbohidrat, dan lemak. “Asupan mpasi sebaiknya mengandung tiga nutrisi ini yakni protein, karbohidrat, dan lemak. Karbohidrat bisa dari tepung beras, kentang, ubi-ubian tidak melulu bubur nasi. Protein ada nabati dan hewan, lebih diutamakan yang hewan, karena dari penelitain membuktikan anak-anak stunting akibat kurang protein hewani untuk itu dibutuhkan untuk mengejar tinggi badan.

Lemak dari minyak, butter, santan. Banyak mitos bayi yang makan makanan memgandung santan akan diare. Ternyata diperbolehkan justru jika tidak ada lemaknya berat badannya naiknya seret. Nutrisi yang seimbang itu penting. Tidak hanya sayuran yang banyak justru sayuran dibutuhkan sedikit saja, karena serat sangat mengenyangkan banyak anak tidak mau mengkonsumsi makanan lainnya. Buah sayuran secukupnya saja, seruas jari saja untuk sayur jangan banyak-banyak,” terangnya.


Perlunya pengetahuan ibu tentang feeding rule atau aturan makan supaya tepat waktu juga tepat nutrisinya. Tepat waktunya maksudnya sudah waktunya makan, sesuai kebutuhan bayi makanan pendamping lainnya. Tepat nutrinya yang mengandung kabohidrat, lemak dan protein. “Sejak bayi mulai makan dari usia 6 bulan sebaiknya sudah memiliki jadwal. Baik itu jadwal makan, snack dan tidur. Karena bayi juga masih minum susu, untuk itu perlunya mengatur waktu makan jangan berdekatan dengan waktu minum susu. Kalau sudah kenyang bayi tidak mau makan. Jaraknya sebaiknya 2 hingga 3 jam dari waktu makan. Untuk awal-awal mpasi bayi makan sebanyak 2 kali terlebih dahulu perharinya dan selanjutnya 3 kali. Diantara waktu makan berikan snack untuk bayi buah atau biscuit. Saat makan snack sebaiknya dipegang sendiri, hal ini dilakukan untuk melatih motorik halus dengan jari. Yang perlu diperhatikan waktu makan sore jangan terlalu dekat dengan waktu tidur bayi sebaiknya jarak 2 hingga 3 jam sebelum waktu bayi tidur,” terang nya saat wawancara Bersama Doodle saat live Instagram beberapa waktu lalu.

Dokter Lina menambahkan selain mengatur jadwal makan, bayi juga harus tidur yang cukup, guna supaya berat badan bayi bertambah sesuai dengan usianya. Hal ini dikarenakan saat bayi tidur factor growth hormon atau hormon pertumbuhan akan bekerja sangat optimal. Kalau tidurnya kurang akan mempengaruhi berat badan. Selain faktor-faktor di atas, yang berpengaruh terhadap berat badan adalah adanya penyakit yang menyertai. Adanya penyakit bawaan lain kelainan struktur anatomi mulut, ada sumbing dilangit-langit atau dibibir sehingga menyebabkan kesulitan saat menyusu bawan lahir ketahuan dari lahir diantisipasi supaya nutrisi bisa masuk ketubuh untuk itu wajib konsultasi ke dokter anak. “Pengaruh lainnya mengapa BB anak tidak naik adalah karena adanya penyakit lain yang perlu dideteksi lebih awal misalnya kelainan bawaan seperti penyakit jantung bawaan ciri-cirinya ketika bayi menangis akan bibirnya biru, tetapi ada juga yang tidak biru. Penyakit bawaan akan segera diperiksa karena sangat mempengaruhi nutrisi yang masuk ketubuh jadi tidak efektif. Penyakit jantung berat, nyusunya cepat capek sebentar-sebentar berhenti cepat ngos-ngosan. Biasanya bayi yang mengalami jantung ringan biasanya tidak mempengaruhi berat badan,” tuturnya.

Dalam wawancaranya, dr.Lina Haryanti.,Sp.A berpesan yang perlu diingat bahwa masa emas anak adalah 1000 hari pertama kehidupan yakni mulai sejak hamil sampai anak usia 2 tahun. Jika usia anak dibawah 2 tahun atau bayi sudah mengalami berat badan yang flat, kondisi ini masih bisa diperbaiki yakni dengan segera membawa bayi ke dokter untuk berkonsultasi barangkali ada penyakit lain selain nutrisinya yang memang kurang.

(BR)

Baca Juga

Rekomendasi