Komite Palang Merah Internasional (ICRC) (AFP/Tony KARUMBA)
Analisadaily.com, Nairobi - Komite Palang Merah Internasional (ICRC) memperingatkan pada Selasa (5/4), krisis kelaparan besar di Afrika sebagian besar tidak diperhatikan, karena dunia berfokus pada Ukraina dan krisis lainnya.
Sekitar 346 juta orang, lebih dari satu dari empat orang di seluruh Afrika, menderita kelaparan yang mengkhawatirkan dan jumlah itu mungkin akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang.
Krisis membentang di benua itu dari Somalia dan Ethiopia yang dilanda kekeringan di timur hingga Mauritania dan Burkina Faso di barat. Tapi, ia memperingatkan, dana untuk membantu jutaan orang yang pergi tanpa makanan tidak mencukupi.
"Ini adalah bencana yang sebagian besar tidak disadari. Jutaan keluarga kelaparan dan anak-anak sekarat karena kekurangan gizi," kata kepala operasi global ICRC, Dominik Stillhart kepada wartawan di Nairobi.
Dilansir dari AFP dan Channel News Asia, dia mengatakan perhatian global pada penderitaan "mengerikan" warga sipil di Ukraina "seharusnya tidak mencegah dunia melihat krisis lain".
"Konflik di Ukraina juga berkontribusi pada kenaikan biaya makanan dan bahan bakar dan gangguan rantai pasokan, memperkuat dampak ekonomi dari pandemi virus Corona," ujarnya.
ICRC telah menganggarkan 1 miliar euro (US$1,1 miliar) tahun ini untuk respons kemanusiaan di seluruh Afrika tetapi menghadapi kekurangan 800 juta euro.
"Kami meningkatkan operasi kami untuk membantu sebanyak mungkin orang, tetapi jumlah orang yang pergi tanpa makanan dan air sangat mengejutkan," kata Stillhart.
Program Pangan Dunia (WFP) PBB bulan lalu memperingatkan bahwa lebih dari 70 persen penduduk Sudan Selatan akan menghadapi kelaparan ekstrem tahun ini karena bencana alam dan ketidakstabilan bersenjata.
Lebih dari enam juta orang di Ethiopia timur dan selatan akan membutuhkan intervensi "menyelamatkan jiwa" tahun ini karena kawasan itu mengalami kekeringan terburuk dalam beberapa dasawarsa, kata PBB pada Januari.
Di Burkina Faso, jumlah orang yang terlantar karena kelaparan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun lalu.
Stillhart juga memperingatkan tentang dampak mendasar pada panen dari perubahan iklim.
"Krisis ketahanan pangan saat ini jelas merupakan hasil gabungan dari efek konflik, tetapi juga merupakan efek dari guncangan iklim yang berulang," katanya.
(CSP)