Serikat Petani Dukung Pemerintah Larang Ekspor Minyak Sawit

Serikat Petani Dukung Pemerintah Larang Ekspor Minyak Sawit
Pekerja menurunkan buah sawit di pabrik kelapa sawit lokal di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, Indonesia pada 30 November 2011. (Reuters/YT Haryono)

Analisadaily.com, Jakarta - Serikat Petani Kelapa Sawit Indonesia pada Minggu (24/4) menyatakan mendukung larangan pemerintah terhadap ekspor minyak sawit, dengan menyebutnya sebagai tindakan sementara yang diperlukan untuk memastikan pasokan dan keterjangkauan minyak goreng di pasar domestik.

Pernyataan itu muncul setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa produsen dan eksportir minyak sawit utama dunia akan menghentikan pengiriman minyak goreng dan bahan bakunya ke luar negeri mulai 28 April untuk menurunkan harga domestik.

Larangan ekspor telah membuat harga minyak kedelai melonjak ke rekor tertinggi di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang pasokan global minyak nabati alternatif yang sudah habis.

Serikat petani mengatakan mereka menghargai larangan sementara pemerintah, menyalahkan perusahaan kelapa sawit karena melupakan kewajiban mereka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Kami meyakini langkah-langkah yang diambil Presiden untuk menjamin pasokan minyak goreng dalam negeri," kata Sekjen Mansuetus Darto dalam sebuah pernyataan dilansir dari Channel News Asia, Senin (25/4).

Beberapa politisi telah mengkritik larangan ekspor dengan mengatakan itu akan merugikan jutaan petani kecil, menurut laporan media, sementara ekonom memperingatkan kerugian dalam pendapatan ekspor.

"Ekspor minyak sawit Indonesia biasanya bernilai sekitar US$3 miliar per bulan," kata Bahana Securities.

Pemerintah belum mengatakan berapa lama larangan itu akan berlaku dan jenis produk minyak sawit yang akan terpengaruh.

Harga minyak sawit mentah dunia telah melonjak ke level tertinggi dalam sejarah tahun ini di tengah meningkatnya permintaan dan lemahnya output dari produsen utama Indonesia dan Malaysia.

Harga minyak goreng eceran di Indonesia telah meningkat lebih dari 40 persen. Upaya sebelumnya untuk menjinakkan harga, termasuk subsidi dan pembatasan ekspor antara akhir Januari dan pertengahan Maret, tidak hanya gagal menurunkan harga, tetapi juga memperburuk kenaikan harga global.

Darto dari serikat petani mengatakan kilang di beberapa daerah telah memotong harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit, meskipun mereka tidak mengurangi tingkat pembelian, karena pabrik berspekulasi tentang berapa lama larangan itu akan berlangsung.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi