Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan – Pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin mengatakan, wacana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) membuat khawatir munculnya aksi spekulan, yang bisa saja menaikkan sebelum harga BBM dinaikkan.
“Tetapi Alhamdulillah, saya beserta tim sudah melakukan observasi, di mana belum ditemukan adanya kenaikan harga di luar batas kewajaran atau terindikasi adanya aksi spekulan,” kata Gunawan, Minggu (28/8).
Sementara itu, kenaikan harga telur ayam belakangan ini, lanjutnya, meskipun di wilayah Sumut terpantau hanya naik tipis dalam sepekan atau sebulan terakhir, namun indikasi menunjukan program bantuan sosial pemerintah yang menciptakan kenaikan harga tersebut.
“Meski demikian, masyarakat yang mendapatkan Bansos justru bisa mendapatkan sumber protein dengan cuma-cuma tanpa harus terpengaruh dengan kenaikan harga telur itu sendiri,” ujarnya.
Disampaikan Gunawan, permintaan telur di luar Sumut juga mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan harga telur di Pulau Jawa. Selanjutnya, di akhir tahun 2021 terjadi banyak keluhan, khususnya di Pulau Jawa, dari peternak ayam petelur yang mengeluhkan penuruan harga.
“Hal tersebut bisa saja menjadi pendorong penurunan jumlah stok telur ayam atau justru membuat peternak enggan membuka usahanya kembali,” sebutnya.
Untuk harga daging ayam, jelas Gunawan, di Medan belakangan memang mengalami kenaikan cukup tinggi. Akan tetapi ia masih menemukan di lapangan stok juga bermasalah, khususnya dari peternak ayam mandiri. Sehingga memicu terjadinya kenaikan harga.
Untuk komoditas cabai, lanjutnya. harganya juga mengalami kenaikan dalam sepekan terakhir, khususnya cabai merah. Namun ia berkesimpulan bahwa faktor cuaca masih mendominasi pemicu kenaikan harga cabai merah. Curah hujan yang tinggi menjadi asal musabab sulitnya cabai merah turun harga dalam sepekan belakangan ini.
Harga beras di beberapa titik juga mengalami kenaikan meskipun terbilang tidak banyak. Akan tetapi Gunawan sudah mewanti-wanti kemungkinan kenaikan harga beras tersebut jauh hari sebelumnya.
“Hal ini dipicu oleh kenaikan harga pupuk dan pestisida, ditambah dengan daya beli petani yang terpukul. Sehingga berpeluang menggiring kenaikan harga beras nantinya,” sebut Gunawan.
Ditambah lagi, Bansos pemerintah belakangan ini juga memasukan beras sebagai salah satu komoditas bantuan yang disalurkan kepada masyarakat. Untuk itu kepada TPID, Pemerintah Daerah ataupun Satgas Pangan diharapkan untuk terus berada di pasar melakukan pengawasan terhadap distribusi kebutuhan pangan belakangan ini.
“Sehingga harga yang tercipta bukan merupakan imbas dari wacana kenaikan harga BBM yang belum berkesudahan,” tandasnya.
(RZD)