Evakuasi Orangutan Tapanuli Dikritik Pegiat Lingkungan

Evakuasi Orangutan Tapanuli Dikritik Pegiat Lingkungan
Aktivis SHI, Hendra Hasibuan (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Tapanuli Selatan - Sejumlah organisasi dan pegiat lingkungan, di antaranya Sarekat Hijau Indonesia (SHI) Sumatera Utara, JAMM Indonesia, Yayasan Hijau Sumatera Indonesia, Forum Kader Konservasi Alam Ekosistem Batangtoru, dan Green Tapanuli Indonesia mengkritik evakuasi orangutan tapanuli di Kabupaten Tapanuli Selatan yang dianggap bukan sebuah upaya evakuasi, melainkan relokasi. Evakuasi ini dilakukan 3 September 2022.

Aktivis SHI, Hendra Hasibuan, menyoroti pilihan mitigasi yang dilakukan dan mepertanyakan adanya kemungkinan pilihan lain. “Seharusnya semua pihak lebih menanamkan kesadaran bahwa orangutan tapanuli sudah sejak lama dapat berdampingan hidup dengan masyarakat, sebab masyarakat sudah memiliki modal pemahaman awal yakni menganggap Urangutan Tapanuli adalah hewan keramat,” tuturnya, Rabu (14/9).

Lanjutnya, mengenai kekayaan spesies endemik orangutan tapanuli, masyarakat dapat didorong dan diberdayakan untuk peningkatan ekonominya, misalnya dengan adanya orangutan tapanuli di desa dan dusun. Hal itu dapat menarik banyak pengunjung untuk datang ke desa atau ke dusun. “Sehingga kedatangan pengunjung tentu akan menambah penghasilan masyarakat dan akan terjadi peningkatan perputaran ekonomi masyarakat desa atau dusun,” sarannya.

Hendra mengaku sangat bangga jika nantinya ada satu desa atau dusun yang menjadi Kampung Ekowisata Konservasi Orangutan Tapanuli di Tapanuli Selatan. “Seharusnya ini yang menjadi target semua pihak untuk mencapai masyarakat sejahtera, hutan lestari, orangutan tapanuli terjaga,” tegasnya.

Dia pun menerangkan 5 agenda yang harus diinisiasi dan diwujudkan di Kabupaten Tapanuli Selatan, yakni membangun Kampung Wisata Konservasi Orang utan Tapanuli. Kampung yang teridentifikasi adalah Kampung Sitandiang, Desa Bulu Mario, Kecamatan Sipirok. Agenda keduanya, membangun Wisata Pusat Pendakian Gunung Lubuk Raya. Titik masuk yang sudah di identifikasi adalah Dusun Suka Mulia, Desa Marancar Godang, Kecamatan Marancar.

“Agenda ketiga juga dapat melakukan pertemuan dengan agenda Merawat Kader Konservasi Alam yag tersebar di 12 desa dan 1 dusun di Kabupaten Tapanuli Selatan, yang berjumlah 110 orang dari kalangan masyarakat desa atau dusun yang sudah resmi di Diklat dan dikukuhkan oleh negara melalui KSDAE/BBKSDA Sumut,” tutur Hendra.

Lanjutnya, membangun Sopo Pusat Informasi Hatabosi sebagai pemenang Kalpataru dari KLHK. Lokasinya di Desa Haunatas, Kecamatan Marancar, dan yang terakhir, kata Hendra, menginisiasi pembentukan Forum Konservasi Orangutan Tapanuli di Kabupaten Tapanuli Selatan. Direncanakan Forum Konservasi Orangutan Tapanuli ini memiliki 3 kamar, masing-masing perwakilan dari intitusi, lembaga, dan organisasi, serta privat sektor.

“Tiga sektor yang dimaksud adalah Kamar Pemerintah, Kamar Privat Sektor, dan Kamar LSM/NGO dan Organisasi lainnya,” jelas Hendra.

(REL/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi