Junaidi Malik: Ada 3 Dosa Besar Dunia Pendidikan

Junaidi Malik: Ada 3 Dosa Besar Dunia Pendidikan
Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) tahun akdemik 2022/20023 di kampus Akademi Teknik Deliserdang (ATDS) Jalan Lintas Sumatera, Kecamatan, Tanjungmorawa (Analisadaily/Amirul Khair)

Analisadaiy.com, Tanjungmorawa - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Kabupaten Deliserdang, Junaidi Malik mengatakan, ada 3 dosa besar dunia pendidikan yang terjadi pada seluruh tingkatan satuan pendidikan, termasuk perguruan tinggi (perti).

“Ada tiga dosa besar pendidikan yakni, perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi,” ungkap Junaidi saat menjadi narasumber Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) tahun akdemik 2022/20023 di kampus Akademi Teknik Deliserdang (ATDS) Jalan Lintas Sumatera, Kecamatan, Tanjungmorawa, Kamis (6/10).

Diungkapkannya, 3 dosa besar dalam dunia pendidikan ini kerap terjadi, termasuk di kampus perguruan tinggi yang merupakan lembaga para kaum intelektual, sehingga menjadi ancaman dalam melahirkan sarjana dan pemikir berkarakter.

Praktik perundungan misalnya, fenomena ini sudah dianggap biasa dan wajar. Padahal efek perundungan ini menjadi trauma yang mengganggu kejiwaan dan berdampak negatif jangka panjang.

“Manifestasi perundungan ini setidaknya dalam bentuk verbal, fisik, sosial, dunia maya dan seksual,” papar Junaidi.

Kekerasan seksual, perundungan maupun intoleransi merupakan bentuk-bentuk tindak kekerasan dalam dunia pendidikan. Di kampus perguran tinggi, tindak kekerasan tidak saja dilakukan mahasiswa, tapi juga oknum tenaga pendidik atau dosen bahkan pengelola menjadi pelakunya lewat pembiaran terjadinya praktik-praktik tindak kekerasan tersebut.

Pola-pola intimidasi terhadap mahasiswa dalam tugas-tugas akademik sering terjadi. Tugas di luar akademik yang dipaksakan seorang dosen dan berdampak terhadap nilai akademik juga, termasuk tindak kekerasan.

Pihak pengelola kampus juga menjadi pelaku tindak kekerasan. Pembiaran terhadap situasi yang terjadi di kampus tanpa ada upaya memproses serta membenahi sistim untuk penguatan, juga bagian dari tindak kekerasan.

“Karena itu, pihak pengelola kampus harus sudah punya atau menyusun aturan yang bisa berdampak positif untuk mengantisipasi terjadinya tindak kekerasan,” urainya.

Sejak dulu bahkan sampai sekarang, tindak kekerasan di kampus masih terus terjadi. Bahkan bentuk kekerasannya juga semakin canggih seiring dengan perkembangan zaman serta kemajuan teknologi.

“Karena itu, upaya masif dan serius serta penguatan karakter dalam diri mahasiswa harus dibumikan sehingga perilaku baik mendominasi,” ucapnya.

Kepada mahasiswa ATDS yang baru memasuki dunia kampus, Junaidi mendorong agar mereka memiliki 5 karakter diri yakni, bersyukur, jujur, berani, mandiri dan berbagi.

Untuk 5 karakter itu harus muncul dalam diri mahasiswa agar mereka menjadi pelapor dan pelopor serta terdepan dalam memutus mata rantai kekerasan juga kejahatan di dunia pendidikan khususnya kampus.

Kepada pihak pengelola kampus khususnya ATDS, Junaidi juga mengingattkan agar tiga dosa besar pendidikan itu tidak terjadi di kampus yang sudah mendeklarasikan sebagai “Kampus Merdeka’.

Direktur ATDS Joel Panjaitan yang membuka secara resmi kegiatan PKKMB tersebut mengapresiasi kesediaan Ketua Komnas PA Deliserdang Junaidi Malik menjadi narasumber dalam penguatan karakter bagi mahasiswa baru.

Ia bahkan mengaku sangat tertarik dengan uraian fakta-fakta tindak kekerasan yang terjadi serta sejumlah solusi yang bisa diterapkan dalam memutus mata rantai tindak kekerasan.

“Menarik juga tadi yang disampaikan. Semoga tidak terjadi di ATDS,” ucap Panjaitan.

(AK/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi