Ubah Hutan 1.000 Hektare Bagi Masyarakat Kutalimbaru

Ubah Hutan 1.000 Hektare Bagi Masyarakat Kutalimbaru
Ubah Hutan 1.000 Hektare Bagi Masyarakat Kutalimbaru (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Kutalimbaru - Secara nasional Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) mencatat sebanyak 80 persen kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (P2M) didominasi oleh Jawa, sementara 20 persennya lagi tersebar di luar Jawa. Artinya, secara nasional Sumatera Utara sangat minim. Kenapa? Karena dianggap tidak layak, juga tidak memiliki kedekatan dengan masyarakat.

“Kalau hanya bermanfaat untuk kalangan dosen semata, sudah dipastikan kalah,” demikian dikatakan Ketua Program Matching Fund Kedaireka UNPRI, Deni Faisal Mirza, didampingi Direktur Utama PT ZBB sebagai Mitra DUDI di program Matching Fund Kedaireka UNPRI, Zuliana, Jumat (7/10).

Untuk itulah pihaknya melakukan penelitian agar bermanfaat bagi masyarakat, khususnya petani aren dan petani kopi di Sumatera Utara. Mengapa aren dan kopi? Karena ini kopi dan aren merupakan salah satu UKM yang berada di pelosok. Aren dan kopi adalah tanaman hutan, sementara hutan berada jauh dari kota. Lantas, itu saja? Tentu saja tidak.

“Bagaimana peneltian dapat mengangkat masyarakat di desa-desa di sekeliling hutan itu untuk diangkat produktivitasnya,” tambah Deni Faisal.

Karena itu, tambah Deni Faisal, judul penelitian ini adalah tata kelola hutan konservasi menjadi hutan produksi untuk memunculkan produk kopi aren rasa wine nonalkohol. Jadi yang dilakukan adalah meneliti kopi menjadi kopi wine plus produknya kopi aren. Sisi penelitiannya adalah produk terbaru terinovasi kopi aren rasa wine nonalkohol.

“Pengabdian kita adalah akan mengubah hutan 1.000 hektare yang akan dilepas pemerintah demi memberdayakan masyarakat lokal di Kutalimbaru untuk menjadi hutan produksi. Kini hutan belantara sudah bisa dijadikan sebagai hutan wisata, hutan edukasi, hutan produktif, hutan sosial. Sementara kami mengambil bagian dalam pengabdian dosen ke masyarakat khususnya di Kutalimbaru adalah mengubah hutan konservasi menjadi hutan produktif,” terangnya.

Bagaimana caranya? Benahi hutannya, kemudian tanami aren dan kopi, yakni 5.000 bibit aren dan 5000 bibit kopi. “Itulah pemberdayaan kita terhadap masyarakat di desa terpencil, agar mereka memiliki hutan kopi, hutan aren, sehingga bisa mengangkat martabat masyarakat lokal. Hasil dari hutan kopi dan aren itulah menjadi produk kopi aren rasa wine nonalkohol yang kelak sampai ke kota.”

Bukan itu semata, tim ini juga akan mengubah paradigma mengenai hutan yang menakutkan dengan cara menata dan mengelolanya. Harapannya agar wisatawan menjadi nyaman karena hutan menjadi ramah bagi siapapun. Bahkan sejalan dengan itu nantinya di dalam hutan akan dibangun laboratorium sebagai manfaat edukasi bagi masyarakat.

“Suatu saat masyarakat akan bisa merasakan minum kopi di atas hutan kopi di tengah tanaman kopi,” timpal Zuliana.

Tak hanya menyasar hutan kutalimbaru, tim juga menyasar beberapa hutan lain di wilayah Sumatera Utara. Sebutlah hutan Sidamanik Simalungun, hutan Gunung Bener Meriah Deliserdang, serta Puncak Adem Langkat.

(REL/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi