Forum Diskusi Group Riset Kedaireka Matching Fund UNPRI 2022 (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Idealnya dosen tak sekadar mengajar atau mendidik saja. Seorang dosen sudah sepatutnya melakukan penelitian dan melakukan pengabdian kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan Tridharma perguruan tinggi.
Pun, ketika seorang dosen hanya mengajar atau mendidik saja, maka kemampuan hingga pendapatan sang dosen menjadi terbatas.
"Dosen yang sekadar mengajar, bisa kita bilang tingkat kesejahteraannya; pendapatannya jauh di bawah dosen yang ikut mengajar dan juga melakukan penelitian,” kata DR Delima, dari Badan Riset Indonesia (BRIN).
Apa yang dikatakan Delima bukan tanpa alasan. Dia menyebutkan itu karena sejatinya cukup banyak kesempatan bagi seorang dosen untuk berkembang.
“Mengingat ristekdikti setiap tahunnya memberikan kesempatan riset hibah kepada seluruh dosen peneliti indonesia, dengan plafon yang luar biasa besarnya. Terutama dari riset Kedaireka Matching fund,” jelasnya.
Saat mengatakan itu, Delima memang didaulat sebagai pembicara di Forum Diskusi Group Riset Kedaireka
Matching Fund UNPRI 2022. Diskusi tersebut bertajuk Tata Cara Penulisan/Artikel Ilmiah dan Publis Jurnal Internasional dalam Menumbuhkan Karier Dosen dan Peneliti yang Profesional.
“Harapan inilah yang dibangun agar dosen pelaksana tridharma perguruan tinggi itu ikut serta dalam mengambil kesempatan yang dibiayai oleh kementerian,” sambung Delima.
Pada 2022 saja ada 500 perguruan tinggi yang berhasil ikut dalam program kementerian dan tercatat ada sebanyak 6000 tim dosen peneliti yang ikut di dalamnya. Dan, dana yang digelontorkan kementerian mencapai Rp 1 triliun setiap tahunnya.
Pada diskusi yang digelar pada Kamis 15 Desember 2022 di Lantai 12 Kampus Universitas Prima (Unpri) Medan tersebut juga hadir Ketua Program Matching Fund Kedaireka UNPRI, Deni Faisal Mirza. Peserta terdiri dari 120 orang yang merupakan dosen peneliti dan dosen pengajar di universitas tersebut.
Deni Faisal menjelaskan, kedepannya banyak hal yang akan diteliti dan akan menjadi produk luaran yang merupakan produk inovasi yang laku dijual di masyarakat. Memberikan nilai tambah dalam produk UKM di masyarakat, juga produk inovasi yang memberikan kemudahan teknologi yang tepat guna di masyarakat.
“Harapan itulah yang kita ambil dari pelatihan tersebut,” katanya, saat ditemui pada Rabu (28/12).
Tim riset Kedaireka UNPRI sendiri telah berhasil menciptakan sebuah produk inovasi kopi aren rasa wine dan bahkan telah diikutsertakan dalam festival kopi di deliserdang yang diprakarsai oleh Bupati Deliserdang
“Kopi wine yang kita riset berhasil menciptakan kopi rasa wine nonalkohol dengan modifikasi gula dan aren dari beberapa rasa buah-buahan seperti mangga, pisang, jeruk, pepaya dan air pada umumnya,” terangnya.
Dalam praktiknya, Deni Faisal menerangkan, melalui penelitian, mereka menciptakan kopi bersama aren dalam satu kemasan berasa wine (nonalkohol). Selain menciptakan produk kopi aren berasa wine, timnya juga akan mengubah paradigma mengenai hutan yang menakutkan dengan cara menata dan mengelolanya.
Harapannya agar wisatawan menjadi nyaman karena hutan menjadi ramah bagi siapapun. Bahkan sejalan dengan itu nantinya di dalam hutan akan dibangun laboratorium sebagai manfaat edukasi bagi masyarakat.
Ketika hal itu menjadi tren, maka secara langsung akan mengangkat kesejahteraan masyarakat desa. “Suatu saat masyarakat akan bisa merasakan minum kopi di atas hutan kopi di tengah tanaman kopi,” ulangnya.
Dalam kesempatan pelatihan itu, tim riset Kedaireka juga membagikan produk inovasi kopi rasa wine ini kepada seluruh peserta yang hadir. “Hal itu bisa mendorong seluruh peserta pelatihan untuk tergerak meciptakan hal-hal inovatif lain yang bermanfaat bagi masyarakat di tahun mendatang,” kata Deni Faisal.
Selain pembicara dari BRIN, acara tersebut juga dihadiri oleh dekan fakultas ekonomi, wakil dekan, pun seluruh prodi yang ada di UNPRI. Hadir juga tim riset dan Mitra DUDI di program Matching Fund Kedaireka UNPRI, Zuliana.
(REL/RZD)