Peserta Bimtek SPPTIK Diharap Mampu Ubah Pola Pikir Masyarakat Tentang Perpustakaan (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Belajar transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial butuh waktu paling tidak dua minggu, tapi kali ini berhadapan dengan orang-orang yang bisa menyerap ilmu itu dengan hanya 4 hari. Luar biasa, ini membanggakan, sebab tidak gampang mempelajari sesuatu sekaligus menerapkan dan mengimplementasikannya di lapangan.
“Setelah mendapat pelatihan dari master trainer, ada harapan untuk mengubah sudut pandang kita terhadap apa yang selama ini berbeda masyarakat. Selama ini orang melihat, kalau bergerak di bidang perpustakaan, seolah-olah hanya berbicara tentang membaca. Tapi hari ini saya yakin, para master trainer mampu mengubah sudut pandang itu,” kata Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Yoyo Yahyono, saat penutupan Bimbingan Teknis (Bimtek) bertema ‘Strategi Pembangunan Perpustakaan-Teknologi Informasi dan Komunikasi (SPPTIK) Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial 2023’ di Hotel Grand Mercure, Kamis (8/5) sore.
Selama ini, kata Yoyo, orang memandang perpustakaan bukan bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya, selama bimtek ini berhasil mengubah sudut pandang itu dan ditayakini peserta bimtek bisa melakukan serta mengimplementasikannya di lapangan. Memang tidak mudah mengubah sudut pandang itu, tapi untuk mewujudkannya harus sama-sama bergerak. Sampaikan apa yang diperoleh di sini sehingga menjadi agen perubahan.
Perpusnas, sebutnya, terus mengikuti perkembangan hasil kegiatan ini dan gerakan tranformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Selain itu, program ini diharap berkelanjutan dengan didanai APBN sehingga upaya meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat melalui perpustakaan dapat tercapai.
Yoyo mengakui, saat ini tidak bisa menghindari media sosial (medsos). Tetapi diyakini, master trainer telah menyampaikan teknik penggunaan medsos. Serangan medsos tidak mungkin ditolak sehingga peran sebagai petugas perpustakaan memberikan informasi terbaik bagi masyarakat. Jangan sampai pustakawan terlibat memberikan informasi tidak bisa dipertanggung jawabkan. Orang bekerja di perpustakaan merupakan filter terakhir menangkal berita hoaks.
“Mari bantu pengelola perpustakaan menjadi garda penangkal berita hoaks di medsos. Jangan ikut menyebarkannya sebab sangat tidak pantas bagi seorang pustakawan. Hoaks dibuat orang cerdas dan disebarluaskan orang bodoh. Jadi kita mau berada di posisi mana,” urainya.
Perpustakaan nasional, lanjutnya, tidak bisa bergerak sendiri tanpa bantuan pustakawan desa atau kabupaten yang langsung beraktivitas di tengah masyarakat. Karena itu, pihaknya bersyukur dibantu master trainer dan konsultan yang setia bekerja sama dalam rangka meningkatkan kualitas pengelola informasi berdampak menciptakan generasi baru memiliki literasi.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip (Disperpusip) Sumut, Dwi Endah Purwanti, diwakili Pelaksana harian (Plh) Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan Kelembagaan dan SDM Disperpusip Sumut, Chandra Silalahi mengatakan, bimtek diikuti 7 kabupaten/kota yakni Nias Utara, Sibolga, Pakpak Bharat, Karo, Labuhanbatu Utara (Labura), Asahan dan Toba.
Disampaikannya, pihaknya ingin para peserta bimtek kreatif dan inovatif dengan menciptakan sesuatu yang baru hingga memunculkan dampak baik di antaranya pameran.
“Lakukan identifikasi potensi desa yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Terpenting, terima kasih kepada perpusnas yang telah melaksanakan bimtek ini. Diharap kegiatan ini mampu mengubah pola pikir masyarakat desa,” tutupnya.
Di kesempatan itu, para peserta bimtek diberi kesempatan menyampaikan pesan dan kesan selama kegiatan yang berlangsung Senin-Kamis (8-11/5). Kegiatan ditutup pemberian hadiah kepada peserta yang dinilai aktif.
(REL/RZD)