Road Show di SD Pioneer Depok, Prof Ridha Ajak Orang Tua Murid Bentengi Anak Dari Pengaruh Negatif Gadget (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Depok - Para orang tua dianggap sosok paling penting dalam membentengi anaknya agar tidak terpengaruh akan dampak penggunaan gadget yang tidak tepat. Mengingat, anak adalah generasi penerus bangsa dan juga warisan negeri dalam memanfaatkan bonus demografi yang tengah dihadapi bangsa ini.
"Jika kita mampu membentengi anak kita agar tidak terpengaruh gadget yang tidak tepat maka kita akan menyumbang generasi berkualitas, yakni generasi pintar, sehat dan bermoralitas yang baik," ucap Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof.Dr.dr. Ridha Dharmajaya, Sp BS (K) saat memberikan penyuluhan dalam agenda roadshow 15 kota, kepada ratusan orang tua SD Pioneer Depok, Rabu (8/12).
Prof Ridha juga menganggap, peran orang tua sangat krusial dalam membesarkan buah hatinya dalam upaya menuju Indonesia Emas 2045.
"Jika ini berhasil, maka harapan Indonesia menjadi negara maju bahkan bisa masuk jajaran lima besar dunia. Asalkan situasi bonus demografi ini bisa dimanfaatkan dengan tumbuhnha generasi muda yang berkualitas tadi," ucap Prof Ridha.
Guru Besar di Fakultas Kedokteran USU itu menerangkan maksud dari bahaya penggunaan gadget yang tidak tepat dan berdampak buruk yang ditimbulkannya. Di mana penggunaan gadget yang tidak tepat berakibat terhadap kelumpuhan. Alhasil, mimpi mengggapai bonus demografi justru bisa berujung bencana demografi.
Di mana Prof Ridha menjelaskan ada dua faktor penyebab penggunaan gadget yang bisa mengakibatkan dampak negatif. Yakni, posisi dan durasi.
"Jika menggunakan gadget dengan posisi yang meyebabkan adanya tekukan pada leher, maka akan ada beban yang ditanggung. Semakin dalam tekukan itu, maka akan semakin berat beban yang ditanggung leher," terang Prof Ridha.
Jika ini berlangsung singkat atau hanya beberapa menit lanjut Prof Ridha, hal itu tidak begitu berdampak. "Tapi jika tekukan itu terjadi lebih dari dua jam dan secara terus menerus, ini menjadi masalah. Maka akan terjadi gangguan yakni saraf kejepit pada bagian leher. Gejalanya yakni berat di pundak, leher pegal, tangan kesemutan, dan bangun tidur tidak segar," ujarnya.
Dulunya gejala ini ungkap Prof Ridha, sering dirasakan orang tua usia 60 tahun ke atas, tapi sekarang mulai dirasakan remaja baik tingkat SMA, SMP bahkan anak SD.
"Parahnya lagi, jika gejala awal itu diabaikan dan terus menggunakan gadget dengan posisi yang salah dan dalam durasi waktu yang lama maka yang terjadi adalah kematian saraf," ucapnya lagi.
Kematian saraf ini ungkap Prof Ridha jauh lebih berbahaya dan berujung cacat dengan gejala yang dialami adalah kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil loss atau tidak terasa dan seksualitas bagi kaum lelaki hilang.
"Jika seperti ini maka tidak ada obat yang menyembuhkan dan tidak ada operasi yang bisa mengembalikan," sebutnya.
Sehingga yang terjadi, 5 hingga 10 tahun ke depan Indonesia akan melahirkan generasi yang cacat. Untuk itulah dirinya menganggap pentingnya gerakan gadget sehat hadir di Indonesia dalam upaya menyelamatkan generasi muda dari situasi bonus demografi.
"Sekali lagi saya ajak agar memanfaatkan bonus demografi agar Indonesia bisa masuk jajaran lima besar dunia," ucapnya.
Sebelum mengakhiri, Prof Ridha juga mengingatkan batas usia ideal menggunakan gadget. "Berdasarkan hasil penelitian usia maksimal boleh memegang gadget itu adalah 13 tahun. Sebisanya di bawah usia tersebut anak dihindari menggunakan gadget jika tidak terlalu penting, karena itu sama saja kita meracuni mereka," ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala SD Pioneer Etra Navel S.P.d Lc menyebutkan kehadiran Prof Ridha membawa dampak positif bagi para orang tua siswa yang hadir.
"Ini menjadi kesempatan emas bagi kita para orang tua untuk mendapatkan pemahaman akan penggunaan gadget yang sehat dalam upaya menciptakan generasi berkualitas," ujar Etra.
Dirinya melanjutkan akan pentingnya memahami penggunaan gadget. "Ibulah kunci memanfaatkan kemajuan teknologi modern agar searif mungkin menggunakannya. Jangan sedikit-sedikit memberikan gadget ke anak agar dia tenang. Karena ujungnya kita akan menyesal," ucapnya mengakhiri.
Dalam penyuluhan tersebut turut dihadiri Direktur pendidikan Yayasan Cerdas Bangsa; Dr. Muhyani, M.Psi.T.
(JW/RZD)