Saat Hadir di LP3i Makassar, Prof Ridha Yakin Mahasiswa Miliki Peluang Bersaing di Luar Negeri (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Makassar - Masih dalam agenda roadshow 15 kota di Indonesia, Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof.Dr.dr. Ridha Dharmajaya Sp BS (K) berkesempatan mengunjungi kampus LP3i Makassar, pada Kamis (9/11).
Dalam kehadirannya, Prof Ridha menuturkan situasi Indonesia yang saat ini tengah menghadapi bonus demografi. Di mana usia produktifnya jauh lebih besar dibanding usia non produktifnya. Kondisi ini pun hanya dialami oleh India dan Indonesia sedangkan negara lain saat ini kekurangan usia produktif.
Jika bonus demografi itu sebut Prof Ridha bisa dimanfaatkan maka peluang untuk bersaing dengan negara lain di era global akan sangat terbuka. Mengingat negara lain akan kekurangan usia produktif.
"Tentunya jika bonus demografi bisa dimanfaatkan Indonesia akan menjadi negara yang diperhitungkan bahkan masuk di jajaran lima besar dunia. Jika, kaum mudanya atau kaum produktifnya bisa tumbuh menjadi generasi berkualitas, yakni generasi pintar, sehat dan memiliki ahlak yang mulia atau bermoralitas yang baik," tutur Prof Ridha.
Namun, sambungnya jika tidak bisa memanfaatkannya, Guru Besar di Fakultas Kedokteran itu menyebutkan bonus demografi bisa menjadi bencana demografi. Penyebabnya adalah penggunaan gadget yang tidak tepat baik secara posisi maupun durasi.
Pada pengalamannya sebagai dokter spesialis bedah syaraf, Prof Ridha banyak menemukan anak muda mengalami syaraf kejepit pada bagian leher akibat penggunaan gadget yang tidak tepat.
"Gejalanya sering mengalami kesemutan tangan dan kaki, pegal di leher, pundak terasa berat dan bangun tidur tidak segar. Ini dulunya dirasakan orang tua usia 60 tahun ke atas, tapi saat ini sudah dirasakan anak remaja tingkat SMA, SMP bahkan anak SD," ucapnya.
Itu semua dikarenakan adanya tekukan pada bagian leher saat memakai gadget. Jika tekukan semakin dalam maka beban leher akan semakin berat hal ini lah menjadi pemicunya.
"Jika menggunakannya dalam durasi singkat mungkin tidak begitu berpengaruh, tapi jika dilakukan dalam durasi tiga hingga empat jam tentu akan berbahaya. Apalagi jika dilakukan secara terus menerus selama berbulan bahkan bertahun lamanya, maka dampak yang diakibatkan adalah kematian saraf," terangnya.
Kondisi kematian saraf bilang Prof Ridha adalah situasi yang mengerikan. "Kalau sudah kematian pada saraf maka ini horor. Akan terjadi kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil dan besar loss tidak terasa dan seksual bagi kaum lelaki akan hilang. Tentunya tidak ada operasi yang bisa mengembalikan dan tidak ada obat yang bisa menyembuhkan. Yang ada kita akan mendapatkan generasi cacat di masa depan," katanya.
Untuk itu dirinya meminta ratusan mahasiswa LP3i yang hadir agar lebih bijak menggunakan gadget, agar mimpi menuju Indnesia Emas 2045 bisa terwujud.
"Adinda sekalian ini kesempatan emas yang harus digenggam. Dalam lima hingga 10 tahun ke depan persaingan akan semakin ketat. Tidak hanya sesama anak negeri tapi juga luar negeri di era global saat ini. Bahkan kita juga akan menghadapi persaingan dengan mesin. Untuk itu menjadi generasi pintar, sehat dan bermoralitas bukanlah pilihan tapi kewajiban," ucapnya.
Bukan berarti kita juga akan hilang kesempatan. Menurut Prof Ridha bonus demografi akan menjadi peluang untuk bisa bersaing dengan negara lain yang saat ini kekurangan sumber daya manusia yang produktif.
"Manfaatkan bonus demografi ini. Bagaimanapun masa depan kita nanti, kualitas akan membuktikan anak bangsa ini bisa bersaing dengan negara lain," ucapnya.
Sementra itu, Direktur LP3i Makassar, Fiviyanti Hasyim M. Hum dalamm sambutannya menganggap bahwa gadget bisa membawa dampak positif dan juga negatif.
"Aktifitas kita semua selalu berhubungan dengan gadget. Dimulai dari dunia kerja, kuliah bahkan yang lainnya. Semua informasi kita dapat dari gadget. Tentu saja ini bermanfaat dalam menambah kelimuan. Tapi dari semua manfaat yang kita dapat, gadget juga memiliki dampak negatif jika kita tidak siap dalam penggunannya," ujar Fiviyanti.
Untuk itulah kenapa alasan LP3i bilang Fiviyanti sengaja mendatangkan Prof Ridha ke kampus mereka.
"Kita berharap dengan hadirnya Prof Ridha adik-adik bisa mendapatkan manfaat akan penggunaan gadget yang sehat dan tepat. Sekaligus juga ini menyemangati kaum muda agar ikut mengampanyekan gadget sehat agar bisa seperti Prof Ridha yang kita anggap sebagai inspirator," harapnya.
Kegiatan itu tak hanya dihadiri Direktur Utama LP3i namun juga disaksikan Plt Wadir 1 Akademik, Sudirman, Kepala HRD, Hasannuddin Jumaking dan Kepala CNP, Iqbal serta sejumlah dosen lainnya.
Sesuai informasi kegiatan ini terselanggara lewat inisiasi Syarifuddin Arief yang merupakan rekanan dekat tim Prof Ridha, Cahyo Pramono.
Usai mengunjungi kampus LP3i Makassar, dalam agenda roadshow-nya di Makassar, Prof Ridha juga berencana hadir di kantor BPJS Kesehatan Kepwil IX Makassar.
(JW/RZD)