"Menggoyang" Dominasi PDIP di Dapil Sumut III

Ilustrasi Pemilu (Analisadaily/Istimewa)

Oleh: Rizal R Surya

PDI Perjuangan merupakan "jawara" di Sumatera Utara (Sumut) pada Pemilihan Anggota Legislatif (Pileg) 2019. Dari tiga daerah pemilihan (dapil) di Sumut, dominasi PDIP paling terlihat di Dapil Sumut III. Jika di dapil I dan II, masing-masing hanya meraih dua kursi, di dapil III, PDIP meraih tiga kursi.

Pertanyaan, siapa (partai politik) yang mampu "menggoyang" atau setidaknya "mengusik" dominasi PDIP?

Dari daftar calon tetap (DCT) yang diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI pada Jumat (3/11), terlihat ada upaya dari sejumlah partai politik (parpol) untuk "menggoyang" dominasi PDIP, atau setidaknya menambah kursi di dapil tersebut.

Salah satunya dilakukan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Selain tetap menurunkan petahana (incumbent) yaitu, H Anshory Siregar pada nomor urut 2, PKS menaruh H Irwan Prayitno pada nomor urut 1. Irwan Prayitno merupakan Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) dua periode 2010-2015 dan 2016-2021.

Sebelum menjabat Gubernur Sumbar, Prayitno merupakan "langganan" anggota DPR RI. Prayitno pernah menjadi anggota DPR tiga periode sejak 1999. Namun semuanya melalui dapil di Sumbar. Seandainya Prayitno maju dari dapil Sumbar, sepertinya tidak ada halangan baginya untuk melaju ke Senayan.

Apakah Prayitno mampu menambah kursi PKS di Dapil Sumut III? Atau hanya sekadar "menggeser" kursi Anshory Siregar?

Pesaing terdekat PDIP di Dapil Sumut III adalah Parti Golkar. Pada Pileg 2024 ini Golkar tetap menurunkan dua petahana yakni, Ahmad Doli Kurnia Tandjung dan Delia Pratiwi Br Sitepu yang ditaruh pada nomor urut 1 dan 2.

Doli pernah menjabat Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Sumut dan sejumlah jabatan penting lainnya di Partai Golkar. Di luar parpol, Doli juga dikenal sebagai aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan organisasi lainnya. Sementara Pratiwi cukup populer terutama di Langkat.

Pratiwi merupakan anak Ngogesa Sitepu, Bupati Langkat yang digantikan oleh Doli Kurnia. Doli dan Pratiwi akan diperkuat oleh Capt Anthon Sihombing. Anthon merupakan anggota DPR RI periode 2014-2019. Bagi Golkar sepertinya sulit menambah kursi. Bertahan dengan dua kursi saja sudah sangat baik.

Bagaimana dengan kekuatan PDIP sendiri? PDIP tetap menurunkan tiga petahana yakni Djarot Saiful Hidayat, Junimart Girsang, dan Bob Andika Mamana Sitepu.

Djarot, mantan Ketua DPD PDIP Sumut dan Gubernur DKI serta pernah mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumut ini merupakan peraih suara terbanyak di dapil III dengan 165.360 suara. Djarot diperkirakan akan tetap melenggang ke Senayan namun harus tetap bekerja keras, mengingat parpol lain juga menurunkan kader terbaiknya, di samping di internal partai sendiri.

Selain tiga petahana, PDIP juga menempatkan nama-nama yang cukup populer seperti Bane Raja Manalu, Siti Aminah Peranginangin dan Hj Bebi Arbiana. Bane yang mendapat nomor urut dua merupakan Staf Khusus Menteri Hukum dan HAM. Sedangkan Siti Aminah (3) merupakan mantan Ketua DPRD Tanah Karo dan anggota DPRD Sumut.

Jangan remehkan pula Bebi Arbiana. Bebi merupakan putri "sahabat semua suku" almarhum H Syamsul Arifin. Syamsul Arifin merupakan salah satu tokoh yang paling populer di provinsi ini.

Kehadiran mantan Gubernur Sumut, mantan Bupati Langkat, dan Ketua PB MABMI ini selalu dielu-elukan warga. Di samping itu, Plt Bupati Langkat saat ini Syah Afandin, merupakan paman Bebi meski beda partai.

Dengan kekuatan seperti itu, PDIP diperkirakan akan tetap mendominasi di Dapil Sumut III. Bahkan kursi yang diraih bisa bertambah.

Meskipun demikian, para pesaing utama selain yang telah disebut atas, juga tetap harus diwaspadai adalah para petahana yakni, Djohar Arifin Husin (Gerindra), Rudi Hartono Bangun (Nasdem), Nasril Bahar (PAN), dan Hinca IP Pandjaitan (Demokrat). Tentu mereka ini telah membangun basis massa, apalagi yang telah duduk di Senayan lebih dari satu periode.

NasDem misalnya, seperti di dapil Sumut lainnya, di dapil III juga mengandalkan mantan penguasa lokal untuk meraup suara. Rudi Hartono Bangun (1), akan memperoleh teman (sekaligus saingan), JR Saragih (5) dan Nurhajizah Marpaung (3).

JR Saragih adalah Bupati Simalungun dua periode (2010-2015, 2016-2021). Simalungun merupakan salah satu penyumbang suara terbesar di Dapil Sumut III, bersama Langkat. Sedangkan Nurhajizah Marpaung adalah Wakil Gubernur Sumut periode 2017-2018. Dengan tambahan "amunisi" dua nama ini, peluang Nasdem untuk menambah kursi memang terbuka, meski tidak mudah.

Bagaimana dengan parpol lain? Parpol lain seperti, Gerindra, PAN dan Demokrat "hanya" mengandalkan petahana.

Djohar Arifin Husin (4) masih tetap diandalkan Gerindra. Mantan Ketua Umum PSSI ini mendapat "saingan internal" Sekretaris DPD Partai Gerindra Sumut, Sugiat Santoso. Sugiat Santoso (1) selama cukup dikenal sepak terjangnya di Sumut. Selain pernah memimpin KNPI Sumut, Sugiat merupakan Ketua Tim Sukses Pemenangan Bobby-Aulia pada Pilkada Medan lalu.

Demikian pula dengan PAN dan Demokrat. Dua parpol tetap mengandal petahana untuk mempertahankan kursinya. Nasril Bahar (1) dengan kekuatan suara yang cukup merata di kawasan Dapil Sumut III, masih sanggup mempertahankan satu kursi PAN.

Sedangkan Hinca (1), kalau melihat perolehan suaranya pada Pileg 2019, harus bekerja keras, kalau tidak kursi Demokrat bisa melayang. Dari seluruh caleg yang melaju ke Senayan (30 orang), perolehan suara Hinca yang paling rendah (27.277 suara).

Kalau tidak waspada, bisa-bisa kursinya melayang. Di samping nama-nama yang disebut di atas, sejumlah nama dari parpol baru maupun parpol yang pada Pileg 2019 tidak memperoleh kursi siap untuk merebutnya.

Misalnya, mantan Menteri Kehutanan, MS Kaban. MS Kaban akan ikut berkontestasi melalui Partai Ummat. Sebagai "putra daerah", MS Kaban masih akan mengandalkan rekam jejaknya kala masih sebagai seorang menteri. Di samping itu, ia juga mengharapkan suara dari loyalis Amien Rais selaku deklarator Partai Ummat.

Terakhir yang mungkin tidak bisa diabaikan begitu saja adalah Timbas Tarigan. Mantan Walikota Binjai dua periode (2010-2015, 2016-2021) diusung Partai Gelora, pecahan PKS. Dua periode sebagai wakil bupati tentu ia punya basis massa sendiri. Tapi basis massa di Binjai atau Langkat saja, tanpa tambahan yang signifikan dari daerah lain tidak cukup membawanya ke Senayan.

Yang pasti peluang itu masih ada. Bagi semua caleg. Tergantung bagaimana memahami bagaimana keinginan masyarakat. Sejumlah caleg yang "bermain" di Sumut menyebut, Sumut itu unik. Faktor keluarga saja tidak cukup karena semua jika diurut-urut punya, hubungan keluarga. Jadi ada faktor "X" yang menjadi penentu. Di sini kepiawaian itu diuji. Selamat berkontestasi, dengan jujur dan fair.

Baca Juga

Rekomendasi