Teknologi Digital jadi Tantangan Baru

Teknologi Digital jadi Tantangan Baru
Ketua Umum Sahabat Hijrahkuu, Ahmad Kamal, saat menjadi bintang tamu di acara podcast endorfin bersama sosok intelektual muda, Prof Ridha Dharmajaya (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Lemahnya kontrol diri, gaya hidup di tengah perkembangan zaman, serta kurangnya nilai-nilai keagamaan yang ditanamkan pada diri seseorang kerap membuat banyak orang terutama remaja, salah pergaulan.

Kondisi ini tentu saja akan berpengaruh dengan situasi Indonesia saat ini yang menghadapi bunus demografi dimana usia produktifnya jauh lebih tinggi dari usia non produktif dengan perbandingan di kisaran 70 persen.

Cita-cita melahirkan generasi berkualitas, yakni pintar, sehat dan berahlak yang baik menuju Indonesia Emas 2045 barang tentu akan sulit terwujud jika lemahnya kontrol diri serta gaya hidup dan lemahnya nilai keagamaan yang justru membawa kaum muda ke arah pergaulan yang salah.

Hal itu jugalah yang menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi komunitas Sahabat Hijrahkuu.

Kelompok yang berdiri 2016 silam dan diisi kaum muda dengan impian yang sama yakni menjadi lebih baik dan menjadikan dakwah sebagai media ajakan agar generasi muda tidak salah arah dan pergaulan.

"Kita hadirnya berangkat dari masa lalu yang kurang baik. Memutuskan untuk hijrah, dan kebetulan ketemu dengan teman lain yang memiliki keinginan yang sama akhirnya kita bentuk Sahabat Hijrahkuu sebagai jalan dakwah mengajak kebaikan buat yang lain. Dalam perjalanan dakwah tentunya PR akan terus bertambah," ujar Ketua Umum Sahabat Hijrahkuu, Ahmad Kamal S.Pt saat menjadi bintang tamu di acara podcast endorfin bersama sosok intelektual muda, Prof Ridha Dharmajaya beberapa waktu lalu.

Kamal sapaan akrabnya itu mengaku, banyak tantangan yang hadir dalam mewarnai perjalanan komunitas tersebut.

Di antaranya yakni adanya perbedaan faham dan pandangan. Sehingga tak jarang ini menjadi persoalan yang justru menjadi skat penghalang.

"Trend kelompok yang tak ikut kelompoknya disebut bukan bagian dari kelompok mereka. Ini bisa mengkerdilkan Islam sendiri. Skat-skat seperti inilah jugalah yang menjadi tantangan terberat kita," sebutnya.

Meramaikan pengajian sebagai program dakwah di tengah kesibukan masing-masing anggota juga menjadi tantangan lainnya.

Belum lagi semangatnya terkadang naik dan turun. Alhasil semangat pun digelorakan dengan ajakan-ajakan kreatif.

"Ngaji itu penting bukan yang penting ngaji," kata Kamal.

Agar terus menjaga semangat Hijrahnya, Kamal dan temannya bahkan berangkat ke Jawa untuk mendatangi masjid-masjid yang terus diisi dengan kegiatan-kegiatan dakwah.

"Kita ke Jawa, mendatangi tempat yang kegiatan masjidnya hidup. Kita adopsi dan kita kolaborasikan dengan konsep baru," ujarnya.

Bagaimana menjaga semangat, Kamal menyebutkan agar Muhasabah diri.

"Koreksi diri, apa niatnya gerakan ini dibuat. Kalau karena ikut trend dan gaya harus difikirkan ulang. Kalau bukan karena Allah semangat itu akan turun," ucapnya.

Menyahuti kegelisahan akan pergaulan yang salah, Kamal dan kawan-kawan membuat kajian parenting.

"Di zaman dahulu pacaran malu-malu, zaman saat ini pacaran bahkan menjadi konten. Ini menjadi tantangan baru di tengah perkembangan teknologi digital. Bagaimana ngajak anak sekarang untuk mau ikut mengaji parenting dengan konsep yang sedikit alay yang disukai anak muda saat ini dengan memanfaatkan teknologi digital seperti media sosial dan Whatsapp," katanya.

"Tentu, pergaulan yang salah ikut merusak mental anak muda saat ini. Sehingga kita membuat kajian terhadap pasangan muda agar menyiapkan generasi yang mencintai agama," ujarnya.

Kamal turut menjelaskan jika Shabat Hijrahkuu pernah menggagas dakwah to school. Sasarannya adalah sekolah dan kampus.

"Poinnya ada empat yakni pertama pengenalan Tauhid, dua mengajarkan shalat, lalu mengingatkan mereka tentang masjid, dan terakhir pemahaman tentang pacaran dalam Islam," ungkap Kamal.

Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) Prof Ridha Dharmajaya Sp BS (K) melihat pergaulan anak muda yang sering salah bukan hanya menjadi tugas komunitas untuk mempebaikinya tapi juga peran semua pihak termasuk orang tua.

Sebagai intelektual muda yang memiliki pengalaman organisasi keislaman, Prof Ridha juga menilai kesehatan mental generasi muda terancam di tengah perkembangan zaman.

Menurut guru besar fakultas kedokteran USU itu, peran keluarga yang terlalu membebaskan dan terjadi pembiaran salah satu alasannya.

"Ketika orang tua memberikan fasilitas, mereka harusnya mengawasi. Karena teknologi digital tidak lagi punya skat atau pembatas untuk mendapatkan informasi. Kendati tak menafikkan banyak yang sukses dengan memanfaatkan teknologi tapi tetap ada dampak buruk yang harus diawasi," ujarnya.

"Perlu kehadiran bersama seluruh komunitas. Dan tak kalah penting adalah peranan keluarga. Anak perempuan terkadang nekat melakukan sesuatu hal yang melanggar norma karena tidak mendapatkan perhatian, kepedulian dan kasih sayang orang tuanya," lanjutnya.

Penghujung podcast, Prof Ridha menyampaikan pesan menyentuh terkhusus kepada Sahabat Hijrahkuu.

"Hijrah menuju kehidupan yang lebih baik terkesan indah mudah untuk dilakukan tapi yang terjadi begitu banyak beban bayang-bayang masa lalu mengikuti. Belum lagi tantangan lingkungan yang kadang tidak membersamai. Hadir di tengah stigma keberagaman yang mengusung perbedaan Sahabat Hijrahkuu justru mengedepankan persamaan. Mencoba menyatukan sisi hati dan jiwa bersahabat menghadapi tantangan yang sama. Mari melihat kajian Islam tanpa skat perbedaan," tuturnya.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi