Aprinawati dan Elisabet Siahaan. (Analisadaily/Istimewa)
Oleh: Aprinawati dan Elisabet Siahaan*
Dalam dunia kerja yang terus berkembang, konsep fleksibilitas dalam pengaturan kerja (Flexible Working Arrangement/FWA) menjadi semakin relevan. Perusahaan semakin terbuka dalam menerapkan konsep kerja Flexible Working Arrangement dengan memberikan perhatian terhadap pencapaian keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi bagi karyawannya, melalui penerapan tempat kerja dan jam kerja fleksibel. Banyak jenis Flexible Working Arrangement yang diterapkan perusahaan dalam negeri dan di luar negeri seperti remote working, flexitime, job sharing, part time, shift work, compressed work week, dan hybrid working. Dalam kebijakan FWA, karyawan memiliki kebebasan untuk menentukan waktu kerja, shift kerja, dan tempat kerja mereka sendiri dengan mematuhi ketentuan yang ditetapkan oleh atasan dan perusahaan mereka.
Telkom Group sebagai salah satu perusahaan BUMN di Indonesia yang telah menerapkan Flexible Working Arrangement (FWA). Fleksibilitas kerja menjadi salah satu cara mempraktekkan
new ways of working di lingkungan Telkom Group, termasuk didalamnya membiasakan mindset bekerja dan berkolaborasi secara digital yang menjadi bagian dari digital culture di Telkom Group. FWA juga merupakan respons Telkom Group terhadap tren kerja baru pasca-pandemi. Hasil penilaian tentang pelaksanaan FWA yang dilakukan Telkom Group ditahun 2023 yang menunjukkan bahwa 84 % FWA berdampak positif pada produktivitas para telkomers, sehingga Kebijakan FWA tetap diteruskan oleh Telkom Group sampai saat ini.
Implementasi FWA diyakini dapat menjadi strategi tepat untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan karena karyawan yang diberi kebebasan untuk mengatur jam kerja mereka, akan cenderung merasa lebih dihargai dan memiliki keterlibatan yang lebih tinggi terhadap pekerjaan mereka. Kebijakan FWA dapat menghasilkan peningkatan kepuasan kerja dan peningkatan retensi karyawan terhadap perusahaan, peningkatan komitmen perusahaan dan terwujudnya keseimbangan kehidupan kerja yang diharapkan karyawan. Salah satu keuntungan utama dari FWA adalah memungkinkan karyawan untuk mencapai keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi dengan lebih baik. Mereka dapat menyesuaikan waktu kerja mereka dengan kebutuhan pribadi, seperti menghadiri acara keluarga atau menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga, dan mendorong pegawai untuk memberikan performa terbaik dengan mereka memiliki kontrol atas jadwal kerja mereka sendiri. Pegawai yang diberikan keleluasaan untuk bekerja diharapkan untuk tetap mencapai output yang optimal secara bertanggung jawab.
Survei yang dilakukan oleh Morning Consult pada pemimpin senior di AS, Fleksibilitas kerja memiliki efek positif. Temuan Morning Consult mengungkapkan bahwa dampak kerja hybrid dan kerja jarak jauh yang telah dirasakan oleh para pemimpin jauh lebih positif daripada negatif, terutama dalam hal kebahagiaan karyawan dan kualitas koneksinya. Tujuh puluh satu persen percaya bahwa pekerjaan hybrid dan kerja jarak jauh memiliki dampak positif pada kebahagiaan karyawan, 58% pada retensi karyawan, 57% komunikasi di seluruh perusahaan, dan 52% pada keterhubungan tim.
Faktor yang mempengaruhi Kesuksesan Penerapan Flexible Working Arrangement ini adalah karakter pribadi, usia, infrastruktur dan teknologi, kepemimpinan dan manajerial, kebijakan, serta jenis pekerjaan dan jabatan. Faktor inilah yang nantinya akan menentukan bagaimana Flexible Working Arrangement harus dilakukan dilokasi dan situasi yang berbeda-beda. Dalam penerapan konsep FWA, tidak semua jenis pekerjaan dapat melaksanakan pekerjaan secara fleksibel. Pada pekerjaan yang memprioritaskan keterampilan seperti IT, programer, editor, dan analis sangat sesuai menerapkan FWA.
Kebijakan Flexible Working Arrangement merupakan strategi yang tepat dan efektif dalam memecahkan masalah sistem kerja selama masa pandemi dan setelah pandemi. Karena penerapan FWA dinilai memberikan kebebasan dalam mengatur pola aktivitas sehari-hari berdasarkan kebutuhan individu. Kebebasan inilah yang menjadi keuntungan bagi banyak karyawan dengan meningkatkan potensinya untuk meningkatkan fleksibilitas dan keseimbangan kehidupan kerja. Dengan bekerja di rumah dan di waktu yang tepat pegawai mampu mengelola tingkat stress dan menurunkan kelelahan, sehingga nantinya akan tercipta
work life balance.
Survei yang dirilis oleh SEEK, Boston Consulting Group (BCG), dan The Network pada 1 Maret 2023, dengan mewawancarai sebanyak 97.324 responden di Indonesia, Hong Kong, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Dimana di Indonesia sendiri sebanyak 43% responden mengatakan
work life balance menjadi prioritas utama dalam memilih pekerjaan. Sebagian besar pekerja Indonesia menyukai sistem kerja hybrid. Terkait jadwal kerja, pencari kerja di Indonesia lebih memilih bekerja dengan jadwal standar lima hari dalam seminggu. Menurut Sagar Goel Partner dan Associate Director dari BCG dalam keterangan pers di Jakarta (2/3/2023) bahwa harapan orang terhadap pekerjaan telah berubah secara radikal dalam beberapa tahun terakhir. Kebanyakan pencari kerja tidak ingin hidup untuk bekerja, tetapi bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Budaya Organisasi yang mendukung
work life balance, memungkinkan fleksibilitas, dan menekankan hubungan kerja yang baik itulah yang diinginkan pencari kerja.
Namun, dalam penerapan terdapat tantangan dari Flexible Working Arrangement seperti perlunya koordinasi dan komunikasi, pengawasan kinerja, kesetaraan dan bagaimana budaya berperan pengaturan jam kerja fleksibel ini. Keterlibatan dan partisipasi seluruh karyawan perusahaan diharapkan dapat mengatasi tantangan yang mungkin muncul dalam penerapan Flexible Working Arrangement dan menciptakan lingkungan kerja yang seimbang, produktif, dan inklusif bagi seluruh karyawan.
*Penulis adalah mahasiswa dan dosen S3 Ilmu Manajemen FEB USU(BR)