Tapera. (Analisadaily/Istimewa)
Oleh: Muhammad Dimas Prasetya, S.E., dan Prof. Dr. Elisabet Siahaan, M.Ec.*
ISU terkait kebijakan pemotongan Tapera untuk Tabungan Perumahan Rakyat menjadi topik yang hangat diperbincangkan di berbagai kalangan saat ini. Pemerintah Indonesia menginisiasi kebijakan ini dengan tujuan membantu para pekerja memiliki rumah dengan cara memotong sebagian gaji mereka untuk disimpan kedalam tabungan perumahan. Artinya, melalui kebijakan khusus ini, kita dapat melihat bagaimana keputusan pemerintah dapat mempengaruhi manajemen di tempat kerja serta bagaimana kekuasaan dan politik memainkan peran penting dalam implementasi kebijakan tersebut. Kebijakan tersebut juga tidak hanya mempengaruhi aspek finansial pekerja namun juga mencerminkan cara kebijakan sosial dieksekusi di tengah-tengah tantangan ekonomi dan politik yang kompleks.
Polemik Tapera juga membuka perdebatan tentang keseimbangan antara tanggung jawab pemerintah dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyat dan beban tambahan yang harus ditanggung oleh pekerja dan perusahaan. Banyak yang mempertanyakan efisiensi dan transparansi dari kebijakan ini, mengingat sejarah panjang dari program-program pemerintah yang seringkali ternoda oleh lambannya birokrasi dan permasalahan pengawasan. Di satu sisi, Tapera dikhawatirkan dapat memberikan beban finansial tambahan kepada para pekerja yang sudah menghadapi tekanan yang cukup besar terutama di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Di sisi lain, pemerintah memandang hal ini sebagai kebijakan strategis untuk menghadapi defisit perumahan yang terus meningkat di Indonesia.
Apa Itu Tapera?
Tapera merupakan singkatan dari Tabungan Perumahan Rakyat, berdasarkan pasal 1 PP No.25 tahun 2020 Tapera adalah penyimpanan yang dilakukan oleh peserta secara periodik dalam jangka waktu tertentu yang hanya dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan perumahan dan atau dikembalikan berikut hasil pemupukannya setelah kesepakan berahir. Dengan demikian program ini bertujuan untuk memberikan akses perumahan yang layak kepada seluruh rakyat Indonesia, dengan memotong sebagian dari gaji pekerja setiap bulannya. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami defisit perumahan sebesar 12,71 juta unit pada tahun 2023. Maka dari itu Tapera diharapkan bisa menjadi solusi strategis untuk mengatasi masalah tersebut.
Politik dan Kekuasaan di Balik Kebijakan Tapera
Kebijakan Tapera merupakan hasil dari keputusan politik yang diambil oleh pemerintah untuk mengatasi masalah perumahan di Indonesia. Keputusan ini tidak lepas dari perdebatan politik dan kekuasaan di antara para pemimpin negara, partai politik, dan kelompok kepentingan lainnya. Implementasi kebijakan ini menunjukkan bagaimana kekuasaan eksekutif digunakan untuk menetapkan aturan yang berdampak langsung pada masyarakat luas.
Di satu sisi, kebijakan ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui akses perumahan yang lebih baik. Di sisi lain, proses pengambilan keputusan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan juga menunjukkan bagaimana kepentingan politik dapat mempengaruhi formulasi dan implementasi kebijakan publik.
Penerapan kebijakan Tapera melibatkan berbagai kelompok kepentingan yang memiliki pandangan dan aspirasi yang berbeda-beda. Kelompok-kelompok ini, seperti asosiasi pengembang perumahan dan lembaga keuangan, berkontribusi dalam memberikan masukan yang konstruktif kepada pemerintah untuk memastikan bahwa kebijakan ini berjalan dengan baik dan efektif. Partisipasi aktif dari berbagai pihak ini dapat membantu dalam menciptakan kebijakan yang lebih komprehensif dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Peran serta berbagai kelompok kepentingan ini juga mencerminkan dinamika politik yang kompleks di balik pembuatan kebijakan publik, di mana berbagai aktor berusaha mempengaruhi arah dan isi kebijakan sesuai dengan kepentingan masing-masing.
Dalam konteks politik, kebijakan Tapera juga bisa dilihat sebagai upaya pemerintah untuk meraih dukungan dari kalangan pekerja dan masyarakat umum. Dengan menunjukkan kepedulian terhadap masalah perumahan, pemerintah berusaha membangun citra positif di mata publik. Namun, implementasi yang buruk atau ketidakpuasan dari pekerja dapat berbalik menjadi kritik yang merugikan pemerintah.
Dampak Tapera terhadap Manajemen di Perusahaan
Potongan gaji untuk Tapera menambah kompleksitas dalam manajemen kompensasi di perusahaan. Manajer HR harus memastikan bahwa potongan ini diterapkan dengan benar dan bahwa karyawan memahami tujuan dan mendapatkan manfaat dari program Tapera. Untuk mencapai hal ini diperlukan komunikasi yang efektif dan transparan dari manajemen kepada karyawan. Perusahaan perlu menyesuaikan struktur penggajian untuk mengakomodasi potongan Tapera, yang dapat mempengaruhi anggaran keseluruhan untuk kompensasi karyawan.
Penerapan kebijakan Tapera tidak hanya membawa tantangan teknis dalam penggajian, tetapi juga berpotensi mempengaruhi kepuasan dan motivasi karyawan. Jika karyawan merasa potongan gaji ini memberatkan, ini dapat menurunkan semangat kerja dan produktivitas para karyawan. Oleh karena itu, penting bagi manajemen untuk menjelaskan manfaat jangka panjang Tapera secara transparan. Manajemen untuk mendengarkan kekhawatiran karyawan dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk mengurangi potensi dampak negatif terhadap kesejahteraan mereka.
Kepatuhan terhadap regulasi yang mengatur potongan Tapera adalah aspek yang penting. Manajer HR dan keuangan perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa potongan ini dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pihak manajemen juga harus memastikan karyawan mendapatkan informasi yang akurat tentang jumlah dan tujuan dari potongan tersebut. Kepatuhan terhadap regulasi ini tidak hanya penting untuk menghindari sanksi hukum, tetapi juga untuk membangun kepercayaan antara manajemen dan karyawan.
*Penulis adalah mahasiswa dan dosen S2 Ilmu Manajemen FEB USU.
(BR)