Anak-anak di Tengah Perang Ukraina: Kami Tidak Tahu Apa yang Akan Terjadi dalam 1 Jam ke Depan (REUTERS/Alina Smutko)
Analisadaily.com, Bucha - Kehidupan di tengah perang selalu penuh dengan ketidakpastian, terutama bagi keluarga muda yang harus menghadapinya. Salah satunya adalah kisah Liudmyla Rodchenko, seorang ibu asal Ukraina, yang melahirkan anak keempatnya, Yevhen Stepanenko, hampir tiga tahun yang lalu, tepat di tengah kekacauan invasi Rusia.
Kota Bucha, yang terletak di luar ibu kota Kyiv, menjadi salah satu titik fokus kekejaman perang ini. Setelah melahirkan, Rodchenko bersama anak-anaknya terpaksa melarikan diri menuju daerah yang lebih aman di Poltava. "Kami tidak tahu apa yang akan terjadi dalam satu atau dua jam ke depan," katanya, mengenang saat-saat penuh ketakutan itu.
Meskipun hanya berusia tiga hari, bayi Yevhen, yang akrab dipanggil Zhenia, harus melewati perjalanan yang penuh tantangan. Dengan salju tebal dan cuaca dingin, Zhenia dibungkus selimut saat melintasi jalanan yang tidak aman. "Dia melewati dingin dan salju," ujar Rodchenko dengan rasa haru. Dalam situasi seperti itu, bahkan untuk memberi makan bayi sekalipun menjadi sebuah perjuangan berat. Rodchenko harus mengumpulkan air panas dari tentara di pos pemeriksaan untuk menyiapkan susu formula untuk bayinya.
Zhenia adalah salah satu dari ribuan anak yang lahir di tengah perang besar Ukraina, sebuah konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun dan menambah penderitaan bagi keluarga-keluarga muda.
Sementara itu, kota Bucha menjadi simbol kekejaman Rusia setelah ditemukan banyak mayat warga sipil yang tewas dengan cara yang sangat tragis. Moskow sendiri membantah tuduhan tersebut dan menyebut bahwa gambar-gambar dari Bucha adalah rekayasa.
Di tengah kekacauan yang melanda, Rodchenko mencoba memberikan sedikit normalitas bagi anak-anaknya. "Saya berusaha memastikan dia memiliki masa kecil yang normal, tanpa terlalu fokus pada sirene serangan udara," katanya, mengacu pada sirene yang hampir setiap hari terdengar di seluruh Ukraina, memberi peringatan akan serangan drone atau misil Rusia.
Namun, Zhenia, meskipun masih kecil, merasakan ketakutan yang mendalam setiap kali sirene itu berbunyi. "Ibu, aku takut," kata Zhenia, menunjukkan bagaimana perang ini mengganggu rasa aman anak-anak. Bahkan setelah sirene berhenti, Zhenia tetap merasa takut, meskipun ia belum sepenuhnya mengerti arti dari bahaya tersebut.
Seiring berjalannya waktu, Rodchenko khawatir bahwa pertempuran ini akan berlangsung bertahun-tahun. Kekhawatiran semakin bertambah dengan adanya ancaman dari Rusia yang terus menguasai wilayah demi wilayah di timur Ukraina. Selain itu, ketidakpastian tentang masa depan Ukraina, termasuk kemungkinan perubahan kebijakan internasional dengan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih, membuat banyak warga Ukraina cemas.
Rodchenko juga memikirkan dampak jangka panjang bagi pendidikan anak-anaknya. "Pendidikan seperti apa yang mereka miliki? Mereka kembali ke sekolah dan harus langsung pergi ke ruang bawah tanah," ujarnya.
Ancaman serangan yang terus-menerus, kata Rodchenko, jelas memberi dampak besar terhadap kesehatan mental anak-anak, yang harus beradaptasi dengan keadaan yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Di tempat penitipan anak di Bucha, Nataliia Tatushenko, seorang pengasuh, menggambarkan bagaimana anak-anak yang lahir atau tumbuh besar selama perang cenderung lebih sensitif dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya. "Mereka sangat takut terpisah dari ibu mereka karena mereka mungkin mencari perlindungan darinya," ujar Tatushenko.
Meskipun anak-anak yang lebih muda seperti Zhenia masih berperilaku seperti anak-anak pada umumnya, Tatushenko mengatakan bahwa saat mereka sedikit lebih besar, mereka mungkin bisa lebih tenang dalam menghadapi situasi stres. Perang ini telah mengubah kehidupan banyak keluarga di Ukraina, tetapi mereka tetap berusaha mencari harapan dan normalitas dalam situasi yang semakin penuh tekanan.
(DEL)