Kampung Inggris Pare, Kediri. (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Kediri - Para pelaku usaha penyelenggara kursus Bahasa di Kampung Inggris Pare, Kediri, Jawa Timur membutuhkan sarana transportasi massal dari Stasiun Kediri ke Kampung Inggris untuk mencegah terjadinya persaingan tidak sehat bisnis penyelenggaraan kursus bahasa asing.
Hal itu diungkapkan Adi Mahesa, Ketua Paguyuban Kampung Bahasa (Kampung Inggris Pare) Kabupaten Kediri saat berdialog dengan wartawan di Kampung Inggris, Pare Kediri, Kamis (12/12).
Ia mengungkapkan, sejak tahun 2015 sudah muncul persaingan tidak sehat di antara penyelenggara kursus bahasa. " Yaitu adanya pemodal besar yang berusaha ingin memonopoli dengan menarik peserta kursus dengan tidak wajar,yaitu dengan menyiapkan kendaraan di Stasiun Kediri mengajak calon peserta naik ke mobilnya dan dibawa ke lembaga dia.Pada hal calon peserta tersebut belum tentu tujuannya ke lembaga kursus yang dikelolannya," ungkap dia.
Untuk itu, ia meminta kepada Kemenhub untuk menyediakan angkutan massal di Stasiun Kediri ke Kampung Inggris, agar para calon peserta kursus bahasa tersebut bisa menuju ke Kampung Inggris dengan bebas, sehingga bisa memilih lembaga kursus bahasa sesuai keinginannya.
Selain angkutan umum massal dari Stasiun Kediri, ia juga meminta pemerintah untuk menyediakan angkutan umum dari Bandara Dhoho Kediri ke Kampung Inggris.
"Peserta kursus bahasa di Kampung Inggris ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Jika mereka datang ke Kediri menggunakan pesawat, dengan adanya angkutan massal dari Bandara Dhoho ke Kampung Inggris, akan memudahkan mereka menuju ke Kampung Inggris," ungkapnya.
Perjuangkan Perda Perlindungan
Dalam dialog yang dihadiri Kepala Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Matnurkasan mengungkapkan, pihaknya saat ini tengah memperjuangkan Peraturan Daerah (Perda) untuk melindungi Kampung Pare agar perekonomian rakyat di wilayah tersebut terhindar dari masuknya pemodal besar yang berpotensi merugikan masyarakat setempat.
"Perda Perlindungan tersebut agar perekonomian masyarakat yaitu warung - warung yang dikelola warga tidak dirusak oleh masuknya pemodal besar," ujarnya.
Ia mengungkapkan, perputaran ekonomi di Kampung Inggris cukup besar. Ia mencontohkan, misalkan setiap satu peserta ketika mengikuti kursus membayar Rp 1,5 juta, dan dalam satu bulan untuk biaya hidup selama satu bulan sebesar 2 juta, maka dari satu peserta tersebut dalam satu bulan membelanjakan sebesar Rp 3 juta.
Di Kampung Inggris Pare saat ini terdapat 168 lembaga kursus. Diperkirakan masyarakat yang datang ke Kampung Inggris sekitar 2000 orang per bulan.
"Potensi inilah yang perlu dilindungi agar ekonomi rakyat Kampung Inggris aman. Perda ini benar - benar kami tunggu," tegasnya.
Meskipun namanya Kampung Inggris, di wilayah ini tidak hanya bahasa Inggris saja yang diajarkan, tetapi bahasa asing lainnya seperti bahasa Arab, Mandarin, Korea, Spanyol, Jerman dan Italia juga diajarkan.
(TRY/BR)