Hari Ibu: Cinta yang Menggugat, Menghadirkan Perubahan dalam Kehidupan Perempuan

Hari Ibu: Cinta yang Menggugat, Menghadirkan Perubahan dalam Kehidupan Perempuan
Hari Ibu: Cinta yang Menggugat, Menghadirkan Perubahan dalam Kehidupan Perempuan (Analisadaily/ilustrasi)

Oleh: Adelina Savitri Lubis

Hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember di Indonesia lebih dari sekadar memberi penghormatan kepada ibu. Hari ini menjadi momen refleksi mengenai peran perempuan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan negara. Namun, lebih jauh lagi, Hari Ibu dapat digunakan untuk membahas isu-isu penting yang mempengaruhi perempuan, termasuk patriarki yang masih mengakar kuat di masyarakat.

Patriarki adalah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai otoritas utama dalam berbagai aspek kehidupan, sementara perempuan sering dianggap lebih rendah. Dalam banyak budaya, termasuk Indonesia, patriarki membentuk norma yang membatasi kebebasan perempuan. Oleh karena itu, Hari Ibu bisa menjadi titik awal untuk memutuskan rantai patriarki yang telah berlangsung selama berabad-abad.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2022, partisipasi perempuan dalam angkatan kerja di Indonesia hanya mencapai 54,42%, sementara laki-laki mencapai 83,98%. Ketimpangan ini menunjukkan bahwa perempuan masih menghadapi hambatan besar dalam mengakses dunia kerja secara penuh. Selain itu, Indeks Pemberdayaan Gender (GDI) Indonesia pada 2024 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 100 dari 146 negara dalam Indeks Indeks Kesenjangan Gender Global (GII) dengan perbedaan gender yang signifikan dalam akses pendidikan dan pekerjaan.

Ibu memegang peran penting dalam membentuk karakter anak dan mempengaruhi pandangan mereka tentang kesetaraan gender. Sebuah studi UNICEF menunjukkan bahwa 70% perempuan Indonesia terlibat dalam keputusan pendidikan anak, namun hanya 25% yang berperan dalam pengambilan keputusan finansial di dalam rumah tangga. Meskipun ibu sering terlibat dalam pendidikan, peran mereka dalam keputusan ekonomi keluarga masih terbatas.

Laporan Global Gender Gap Report 2023 oleh World Economic Forum menempatkan Indonesia pada peringkat 87 dari 146 negara dalam kesetaraan gender. Salah satu faktor penghambat adalah peran tradisional perempuan sebagai ibu rumah tangga yang mendominasi pandangan masyarakat. Dengan merayakan Hari Ibu dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pemberdayaan perempuan, kita dapat mempercepat perubahan menuju kesetaraan gender.

Ibu memiliki kekuatan besar dalam membentuk karakter dan cara pandang anak-anak mereka. Dengan mengajarkan nilai-nilai kesetaraan, ibu dapat menjadi agen perubahan yang melawan stereotip gender. Pendidikan yang mengedepankan hak setara antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan dapat dimulai dari rumah. Hari Ibu adalah kesempatan untuk mengingatkan pentingnya peran ibu dalam mendidik anak-anak mereka untuk memahami kesetaraan gender.

Tugas Domestik

Seringkali, perayaan Hari Ibu malah memperkuat pandangan tradisional yang menempatkan ibu hanya pada peran domestik, seperti mengurus rumah tangga dan anak. Padahal, ibu berhak mendapatkan kesempatan untuk berkembang, baik dalam karier, pendidikan, maupun dalam mengejar aspirasi pribadi. Dengan memberikan ruang bagi ibu untuk mengejar cita-citanya, kita turut membantu memutuskan rantai patriarki yang membatasi potensi perempuan.

Hari Ibu juga merupakan momen untuk membuka dialog mengenai kesetaraan gender dalam keluarga. Dalam keluarga yang masih kental dengan nilai patriarki, peran ibu sering diabaikan dalam pengambilan keputusan penting. Padahal, ibu juga memiliki hak untuk berpartisipasi dalam keputusan keluarga, seperti pendidikan anak, keputusan finansial, dan nilai-nilai yang ditanamkan dalam keluarga.

Dengan membuka ruang bagi perempuan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan, kita dapat menciptakan keluarga yang lebih setara dan mendukung perkembangan setiap anggotanya. Masyarakat yang mendukung kesetaraan gender akan membantu mengurangi ketimpangan yang ada dan memberi kesempatan bagi setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan, untuk berkembang tanpa dibatasi oleh peran tradisional.

Hari Ibu bukan hanya sekadar hari untuk menghormati sosok ibu, tetapi juga untuk mengingatkan pentingnya pemberdayaan perempuan dalam melawan sistem patriarki yang telah mengakar. Dengan merayakan Hari Ibu, kita juga mengingatkan bahwa perempuan memiliki hak yang setara dengan laki-laki dan berhak menentukan jalan hidup mereka sendiri. Saatnya kita memutus rantai patriarki dan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara bagi semua.*

(DEL)

Baca Juga

Rekomendasi