Anggota Komisi III DPR RI, Hinca Panjaitan menyematkan 'talitali' kepada Bintang Panjaitan, pengusaha galian C menjadi bagian ‘Sopir Partalitali Dairi’ di Sidikalang, Minggu (22/12). (Analisadaily/Sarifuddin Siregar)
Analisadaily.com, Sidikalang - Hinca Panjaitan mengatakan komunitas ‘Sopir Partalitali Dairi’ diharap menjadi pelopor keselamatan berlalu lintas. Pengemudi menjadi teladan melalui kepatuhan terhadap rambu-rambu. Sopir harus membantu polisi dan terlalu sayang banyak nyawa melayang sia-sia di jalan.
“Kalau ada laka lantas di jalan raya. Apa yang kita lakukan? Membiarkan? atau membantu polisi?," tanya anggota Komisi 3 DPR RI dari Partai Demokrat itu saat reses di Gedung Nasional Djauli Manik Sidikalang, Minggu (22/12).
Menurutnya, persepsi mesti dirubah. Di jaman peradaban dulu, budaya menjadi panduan dan pengawas terhadap setiap tindak-tanduk masyarakat. Pemuka Batak, dulunya mengingatkan ulos di kepala sekaligus menunjukkan ketokohan.
“Nah, ketika kita telah mengikarkan membalut rajutan ulos di kepala, maka ulos dan budaya serta merta menjadi kontrol terhadap diri kita. Budayaku mengawasiku. Seyogianya, kita merasa malu bila menerobos lampu merah," ujar Hinca.
Hinca menyebut, terobosan dimaksud kali pertama dilakukan di Indonesia dan itu dimulai di Dairi. Sehubungan itu, dia berpesan kepada kepolisian agar membantu para sopir, diantaranya kemudahan memperoleh SIM dan urusan STNK.
Terkait kerusakan infrastruktur, Hinca menugaskan para anggota DPRD Dairi dari partai Demokrat agar membuat pemetaan. Permohonan itu, nantinya disampaikan ke Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurthi Yudhoyono.
“Soal kerusakan jalan, anggota dewan segera membuat pemetaan. Nanti kita sampaikan ke Menko Infrastruktur," kata Hinca.
Pada kesempatan itu, Hinca menyematkan ‘tali-tali (ulos) ke kepala para pengemudi. Puluhan sopir menerima penyematan rompi bertuliskan ‘sopir partalitali pelopor keselamatan berlalulintas’. Mereka manortor dan tampak ceria.
Penjabat Bupati, Surung Charles Lamhot Bantjin, memaparkan banyaknya akses rusak, yakni ruas jalan nasional, propinsi dan kabupaten.
“Kerusakan jalan turut menjadi penyebab tingginya kecelakaan. Kami mohon dibantu. APBD tidak cukup”, kata Charles.
(SSR/CSP)