Menyentuh Puncak Loser dan Leuser di Penghujung Desember 2024 (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Melakukan pendakian puncak-puncak gunung di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di Aceh adalah dambaan para pendaki. Keindahan panorama dan hamparan hutan tropis yang masih asri menjadi daya tarik yang menyejukkan hati dan memuaskan mata.
Selain itu, variasi topografi medan dari yang landai sampai curam, dengan vegetasi beragam memacu adrenalin untuk menuntaskan perjalanan meski lelah dan linu sesekali menggoda jeda. Langkah demi langkah semakin berat tatkala pendakian panjang dan padang sabana luas serasa tak kunjung usai ditelusuri.
Degup jantung pun berdetak kencang ditingkahi nafas tersengal memburu dan keringat mengucur membilas rambut padahal udara terasa dingin dan hujan rintik-rintik menitiki ubun-ubun.
Pengalaman personal yang takkan terlupakan itu disampaikan lewat pesan WhatsApp dari Alvaro Lumban Tobing (22), mahasiswa Fakultas Ekonomi-Bisnis USU, satu dari 34 anggota pendakian Mega Ekspedisi Loser-Leuser 2024.
“Puncak Loser 3.404 mdpl kami capai pada pukul 09.28 WIB pagi, Jumat, 28 Desember 2024. Udara cerah, namun cuma sesaat, karena kabut tebal turun cepat. Samudra Hindia yang berada di bagian barat hanya terlihat sekelebat. Kami meneruskan perjalanan menuruni sisi lain dari Gunung Loser untuk mendaki puncak Gunung Leuser,” tulisnya.
“Dari Loser ke Leuser hujan turun terus menerus. 5 orang pendaki mengurungkan niatnya untuk mencapai Leuser, pada hal ini gunung terakhir yang akan didaki. Kami sampai di puncak Gunung Leuser 3.145 mdpl pada pukul 13.07 WIB. Udara masih berkabut tebal, tangan terasa menyentuh mega yang lembut dan dingin. Puji Tuhan, ini sensasi yang luar biasa,” pesan WhatsApp dari Alvaro beruntun dikirim pada malam hari jelang istirahat tidur.
Adul, Ketua Shelter Garut, yang mengorganisir Mega Ekspedisi Loser-Leuser 2024, menyampaikan, pendakian menuju Puncak Loser dan Leuser berjalan lancar seperti yang direncanakan.
Secara keseluruhan, 34 orang pendaki dari berbagai daerah di Indonesia serta 4 orang dari Malaysia, dalam keadaan bugar dan semangat.
“Alhamdulillah, kami semua, termasuk 8 pendaki wanita dan seorang pendaki yang memakai kruk penyangga kaki berhasil mencapai puncak Gunung Loser yang ditandai adanya pilar triangulasi terbuat dari beton setinggi sekitar 1,5 meter,” sebutnya.
Adul juga mengatakan, selama pendakian ke puncak, pembagian kerja berjalan sangat baik, dan kebutuhan konsumsi mencukupi. Air untuk memasak senantiasa ada dalam kubangan-kubangan kecil di sekitar tempat berkemah.
“Mohon doa, semoga perjalanan turun juga berjalan lancar,” tutur Adul melalui pesan singkat WhatsApp sembari melampirkan foto-foto pendakian.
Terkait dengan Mega Ekspedisi Loser-Leuser 2024 ini, Dr. Zahedi, M.Si., Dosen Matematika FMIPA-USU yang juga pernah melakukan pendakian ke Leuser hampir 40 tahun yang lalu, pernah membantu menemukan 5 orang mahasiswa pendaki yang kehabisan bekal di Gunung Kemili Aceh di tahun 1989, serta berpengalaman mengevakuasi 2 jenazah dari lintasan pendakian Leuser pada tahun 1997.
Menurutnya, pendakian gunung-gunung di TNGL Aceh memang membutuhkan waktu yang relatif lama dibanding gunung-gunung lain di Indonesia. Di peta topografi dua dimensi, panjang lintasan mendatar untuk sampai ke puncak gunung Leuser saja lebih dari 40 Kilometer.
Di medan pendakian sesungguhnya, jaraknya bisa 3 sampai 4 kali lipat. Dengan variasi medan bergelombang, maka fisik yang prima, kekompakan tim dan kehatian-hatian agar tidak celaka harus diprioritaskan.
“Sungguh sangat sulit melakukan pencarian apabila tersesat atau mengevakuasi korban bila terjadi kecelakaan. Itu pernah terjadi,” ungkapnya.
Zahedi yang juga pendiri SANGKALA Medan ini mengigatkan pada beberapa kasus pendaki kehabisan bekal namun masih hidup, telah dilakukan operasi SAR berskala nasional dengan melibatkan sarana helikopter dan personel yang banyak.
“Sangat merepotkan banyak pihak. Apalagi jika operasi SAR hanya melalui jalur darat dan korban diketahui sudah meninggal dunia. Boleh jadi pertimbangan utama adalah mengubur jenazah di tempat atau, ya tergantung keputusan,” bebernya sembari menggelengkan kepala dan mengangkat tangan seperti berdoa, menutup perbincangan.
(RZD/RZD)