Konjen Tiongkok di Medan Perkenalkan Program CIPCC pada Jurnalis

Konjen Tiongkok di Medan Perkenalkan Program CIPCC pada Jurnalis
Konjen Tiongkok di Medan Perkenalkan Program CIPCC pada Jurnalis (Analisa/qodrat al qadri)

Analisadaily.com, Medan - Konsul Jenderal (Konjen) Tiongkok di Medan, Zhang Min memperkenalkan program China International Press Communication Center (CIPCC) kepada para jurnalis di Kota Medan. Pengenalan program ini disampaikannya di kediamannya di Medan, Selasa (14/1/2025) malam.

Dalam sambutannya, Zhang Min menyebutkan bahwa selain memperkenalkan CIPCC, ia juga ingin memperkenalkan situasi Tiongkok saat ini serta ingin bertukar pandangan tentang berbagai isu yang menjadi minat/perhatian semua orang.

"Untuk program CIPCC secara singkat bahwa kami ingin memperkuat kerja sama pragmatis antara media Tiongkok dengan media negara-negara berkembang," ujarnya.

Atas dasar itu Asosiasi Diplomasi Publik Tiongkok mengadakan program pertukaran media, yang mengundang jurnalis dari berbagai negara berkembang untuk mengunjungi Tiongkok selama beberapa bulan setiap tahun. Pada tahun 2018, acara ini ditingkatkan menjadi Pusat Pertukaran Pers Internasional Tiongkok (CIPCC) yang terdiri dari enam pusat berita: Pusat Berita Tiongkok-Afrika, Pusat Berita Tiongkok-Asia-Pasifik, Pusat Berita Tiongkok-Amerika Latin dan Karibia, Pusat Berita Tiongkok-Eurasia, Pusat Berita Tiongkok dengan negara-negara Arab dan Pusat Berita Tiongkok dengan Negara Eropa Tengah dan Timur).

"CIPCC melaksanakan acara ini setiap enam bulan, setiap kali mengundang sekitar 100 editor dan jurnalis dari berbagai negara untuk mengunjungi Tiongkok guna mencatat dan melaporkan perkembangan Tiongkok," ujarnya.

Salah satu jurnalis pada gelombang kedua tahun 2024 (Agustus-Desember) yang mengikuti program tersebut adalah Mario Pascal dari RRI Medan. Ia baru saja berpartisipasi dalam proyek Pusat Berita Asia-Pasifik 2024 dan memperoleh banyak pengalaman.

"Terima kasih Bapak Mario yang telah berbagi pengalamannya. Pandangannya tentang Tiongkok banyak berubah pada sebelum dan sesudah kunjungannya ke Tiongkok. Ia percaya bahwa Tiongkok yang sebenarnya sangat berbeda dari Tiongkok yang dilaporkan oleh media AS dan Barat. “Lebih baik melihat langsung sekali saja daripada mendengar dari ratusan kali”. Jika Anda ingin mengetahui Tiongkok yang sebenarnya, saya sarankan Anda mengunjungi Tiongkok dan melihatnya sendiri. Jika Anda ingin memahami Tiongkok saat ini, Anda harus memahami Tiongkok di masa lalu, artinya, Anda harus memahami bagaimana Tiongkok berubah dari kemarin menjadi hari ini dan ke masa depan," kata Zhang Min.

Sementara itu, Mario sendiri dalam kesempatan itu mengatakan begitu banyak pengalaman yang ia dapatkan selama empat bulan mengikuti program tersebut. Ia menilai bahwa China telah menunjukkan citra yang positif dan konstruktif di mata dunia.

"Saya mengamati betapa teraturnya negara ini, keramahan dan kehangatan masyarakatnya, serta kemajuan teknologinya yang luar biasa. Selain itu, saya juga melihat bahwa kebebasan berekspresi di China sebenarnya lebih beragam dan dinamis dibandingkan dengan yang sering diberitakan," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan sebagai salah satu dari dua perwakilan Indonesia, ia merasa bangga dan bersyukur dapat menyaksikan dan merasakan langsung bagaimana China berkembang pesat dan terus berinovasi.

Ia juga mengaku terkesan melihat bagaimana bangunan industri lama di China disulap menjadi ruang kreatif yang menarik, unik, dan edukatif. Selain itu, selama di sana ia juga turut menghadiri berbagai forum internasional penting, di antaranya Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC) 2024 dan Silk Road Media Communication and Cooperation Dialogue.

Pada FOCAC 2024, ia menyaksikan komitmen kuat China dalam berbagi pengetahuan, modernisasi, transfer teknologi, dan membangun kesejahteraan bersama.

Presiden Xi Jinping dalam forum tersebut menegaskan bahwa persahabatan China-Afrika tetap kokoh dan semakin kuat seiring berjalannya waktu, meskipun dunia terus berubah. "Jadi ia juga menegaskan komitmen China dalam memperkuat kerja sama dengan negara-negara Afrika di berbagai bidang, seperti pendidikan, perdagangan, industri, konektivitas, kesehatan, pertanian, dan pembangunan hijau," ujarnya.

Hal ini menjadi bukti nyata keberhasilan China dalam menerapkan komunikasi antarbudaya (intercultural communication) sebagai inti dari hubungan internasional (international relations).

"Terkait isu jebakan utang (debt trap) yang sering dilontarkan oleh media Barat, saya sempat berdiskusi dengan rekan dari Afrika Selatan dan Ethiopia. Mereka menyatakan bahwa tuduhan tersebut tidak berdasar. Justru, China adalah negara pertama yang datang dan memberikan bantuan nyata untuk pembangunan infrastruktur di negara mereka. Menurut mereka, proyek-proyek infrastruktur yang didanai oleh China, seperti pembangunan jalan, pelabuhan, dan pembangkit listrik, telah memberikan dampak positif yang signifikan bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.

Dan yang tidak kalah menarik katanya, ia juga terpilih untuk menghadiri konferensi media dan think tank terbesar di Kota Xi'an bersama jurnalis dari Nepal dan Pakistan. Di sana, ia mempelajari komitmen China dalam mengajak dunia memanfaatkan teknologi AI dalam dunia jurnalistik dengan bijak dan tetap berfokus kepada kebutuhan masyarakat dan humanisme.

Media juga memiliki tanggung jawabnya sendiri, yaitu menyampaikan kisah-kisah masyarakat biasa, karena cerita-cerita inilah yang sering kali paling hidup dan dinamis. Banyak pembicara juga telah menyebutkan perkembangan dan keberhasilan China, yang membuktikan kepada dunia, terutama kepada negara-negara berkembang, bahwa memilih jalan yang berbeda tidak hanya mungkin tetapi juga dapat dicapai.

"China memiliki hampir semua jenis keindahan yang ada di dunia, mulai dari iklim yang hangat, daerah pesisir, hingga negeri salju dan es yang indah. Salah satu pengalaman tak terlupakan yang saya alami adalah mengunjungi etnis minoritas yaitu etnis Miao di Guizhou dan Yunnan. Desa Xijiang yang saya kunjungi begitu menakjubkan, dengan masyarakat yang ramah dan warisan budaya yang kaya. Inilah sisi dari China yang luar biasa indah namun jarang muncul di media mainstream. Saya sering menggambarkan kunjungan ke Guizhou seperti memasuki museum yang hidup," ucapnya sambil berterima kasih kepada Konjen Tiongkok yang telah memberikannya kesempatan untuk mengikuti program tersebut.

(NS/BR)

Baca Juga

Rekomendasi