Genjatan Senjata, Gelombang Bantuan PBB Masuki Gaza

Genjatan Senjata, Gelombang Bantuan PBB Masuki Gaza
Truk berisi bantuan kemanusiaan terlihat di Kota Rafah di Jalur Gaza selatan, pada Minggu (19/1) (ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Analisadaily.com, New York - Sejumlah badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan gelombang bantuan kemanusiaan terus masuk ke Jalur Gaza, dengan prioritas utama meliputi perawatan kesehatan, makanan, air, dan tempat penampungan, serta membuka toko roti dan membantu keluarga-keluarga untuk berkumpul kembali.

"Lebih dari 90 persen unit perumahan di Gaza telah rusak atau hancur dalam 15 bulan terakhir, kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Selasa (21/1).

Dilansir dari Antara, Rabu (22/1), OCHA mengatakan pihaknya dan para mitranya yang mengunjungi kamp Jabalya di Kegubernuran Gaza Utara mendapati orang-orang membangun tempat penampungan sementara di tengah reruntuhan.

"Ada juga krisis akses air yang parah, karena semua sumur hancur, dan risiko dari bom yang belum meledak tetap tinggi.Kami dan para mitra kemanusiaan kami sedang menyalurkan bantuan makanan dan tempat penampungan darurat," papar OCHA

Dengan diberlakukannya gencatan senjata, banyak pengungsi Palestina kembali ke rumah mereka dan mendapati puing-puing yang menggunung.

"Menurut mitra-mitra kami yang mengerjakan respons tempat penampungan, lebih dari 90 persen unit perumahan di Gaza telah rusak atau hancur dalam 15 bulan terakhir," kata OCHA.

Berdasarkan skala kerusakan dan kebutuhan di Gaza, kami berupaya untuk menyalurkan bantuan vital kepada masyarakat sesegera mungkin.

Menurut sejumlah laporan awal, serangan udara, pembuldoseran skala besar, dan operasi pasukan rahasia telah menyebabkan sejumlah orang tewas dan puluhan orang lainnya luka-luka, termasuk juga tenaga kesehatan yang turut menjadi korban, ungkap OCHA. "Taktik mematikan yang menyerupai perang, termasuk serangan udara, diterapkan berulang kali selama operasi ini di Tepi Barat, memicu kekhawatiran akan penggunaan kekuatan yang melebihi standar penegakan hukum."

OCHA juga mendesak negara-negara anggota PBB dan para mitranya untuk memastikan bahwa operasi bantuan didanai untuk memenuhi kebutuhan yang sangat besar.

Ketika ditanya apakah ada peningkatan dalam jumlah truk bantuan yang masuk ke Gaza, Farhan Haq, wakil juru bicara (jubir) Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres, mengatakan kepada wartawan bahwa sebanyak 915 truk menyeberang ke Gaza pada Senin (20/1), berdasarkan informasi yang diterima melalui otoritas Israel dan para penjamin perjanjian gencatan senjata.

Mengenai Tepi Barat, OCHA mengatakan pihaknya sangat khawatir dengan keselamatan dan kesejahteraan warga Palestina di Kota Jenin dan kamp pengungsi Jenin, tempat pasukan Israel melancarkan sebuah operasi.

Menurut sejumlah laporan awal, serangan udara, pembuldoseran skala besar, dan operasi pasukan rahasia telah menyebabkan sejumlah orang tewas dan puluhan orang lainnya luka-luka, termasuk juga tenaga kesehatan yang turut menjadi korban, ungkap OCHA.

"Taktik mematikan yang menyerupai perang, termasuk serangan udara, diterapkan berulang kali selama operasi ini di Tepi Barat, memicu kekhawatiran akan penggunaan kekuatan yang melebihi standar penegakan hukum."

Operasi terbaru Israel di kamp pengungsi Jenin terjadi setelah bentrokan selama beberapa pekan antara pasukan Palestina dan kelompok Palestina bersenjata.

Kantor tersebut mengatakan Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah (UNRWA) melaporkan bahwa, hingga pekan lalu, sekitar 2.000 keluarga telah mengungsi dari kamp tersebut selama bentrokan antarwarga Palestina.

OCHA mengatakan pihaknya dan para mitra kemanusiaannya mendistribusikan kasur dan selimut kepada para pengungsi dalam operasi tersebut sebelumnya pada bulan ini. Badan kemanusiaan tidak dapat mengakses daerah itu dengan aman dan reliabel akibat adanya pertempuran.

(ANT/CSP)

Baca Juga

Rekomendasi