Analisadaily.com, Medan- Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mengharapkan kepada pengusaha agar membeli produk Perhutanan Sosial. Sebab sudah banyak produk Perhutanan Sosial berkualitas yang dipasarkan hingga ke Pulau Jawa dan dipamerkan ke luar negeri.
Harapan itu disampaikan pelaksana harian (Plh) Kepala Dinas LHK Provinsi Sumut Albert Sibuea SH MAP saat berbincang dengan Analisa, Kamis (22/1) di ruang kerjanya Jalan Sisingamangaraja, Medan. Produk Perhutanan Sosial (PS) tersebut antara lain madu, kopi, gula aren, gula semut, olahan mangrove (batik mangrove, teh jeruju, kerupuk mangrove, sirup mangrove), olahan purun, gambir, olahan silvofishery dan agroforestry.
Produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) berkualitas tersebut diproduksi 16 Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang tersebar di seluruh kabupaten di Sumut. Bahkan, kata Albert Sibuea, pihaknya (Dinas LHK) terus mempromosikan produk yang dihasilkan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) tersebut.
Terbaru, Dinas LHK Provinsi Sumut telah melakukan grand opening KTH Mart untuk mempromosikan produk-produk yang diproduksi KUPS. Kehadiran KTH Mart yang ada di kantor LHK itu merupakan aksi nyata dan komitmen dalam mendukung optimalisasi pemanfaatan produk HHBK di Provinsi Sumut.
Menurut Albert Sibuea yang juga Kepala Bidang (Kabid) Pemanfaatan Hutan dan Perhutanan Sosial Dinas LHK Provinsi Sumut ini ada 252 KUPS di Sumut dan sudah menerima manfaat dari program PS tersebut. Melalui program PS ini tujuannya membantu meningkatkan atau menambah perekonomian masyarakat.
Yang paling banyak tanaman dikelola PS di kabupaten sesuai potensi daerahnya. Misalnya, katanya, di Humbang Hasundutan (Humbahas) kebanyakan menyadap getah pinus, menanam kopi, stuk madu. Kemudian, di Langkat daerah pesisir yang diproduksi ikan bandeng, bakso, sirup mangrobe, tirta batik.
Albert Sibuea menjelaskan rata-rata PS ini sudah maju, tapi yang paling banyak produknya dari Langkat, bahkan sudah mengikuti perlombaan kuliner ke Malaysia diwakili Koperasi Penghijauan Maju Bersama. Sedangkan produk madu dari Madina, kopi dari Sipirok, gambir dari Sidikalang.
“Kita harapkan batik dari Bakti Nyata Percut Sei Tuan dibeli dan dipakai masyarakat. Batik tulis itu menggunakan buah mangrove. Dari Karo menghasilkan gula semut yang sudah dipasok ke hotel. Melalui Perhutanan Sosial ini yang mendukung ketahanan pangan. Beberapa kelompok PS mengucapkan terima kasih karena sudah meningkat kesejahteraan mereka,” katanya.
Untuk mendukung keberhasilan KUPS tersebut, Dinas LHK membagikan bibit tanaman, alat ekonomi produktif, seperti penggiling kopi, pemipil jagung sesuai dengan produk yang dihasilkan. Yang terbaru memberikan lima unit APV ke KPH di Langkat. “Yang diberikan itu apa yang diinginkan masyarakat, bukan keinginan kita,” jelasnya.