Ilustrasi - Warga Gaza antri makanan di tengah blokade bantuan kemanusiaan oleh Israel. (ANTARA/Anadolu/py)
Analisadaily.com, Jenewa - Kantor kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza telah mencapai titik paling kritis sejak Israel memulai perang pada 7 Oktober 2023 karena pengiriman bantuan telah diblokir selama 51 hari tanpa jeda.
"Saat ini mungkin merupakan situasi kemanusiaan terburuk yang pernah kita lihat sepanjang perang di Gaza," kata Juru Bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Jens Laerke menjawab pertanyaan Anadolu dalam konferensi pers, Selasa (22/4).
Laerke menggarisbawahi kondisi memprihatinkan yang dihadapi warga sipil di Gaza karena tidak ada bantuan kemanusiaan yang memasuki wilayah kantong Palestina itu selama lebih dari 50 hari -- dan pasokan barang-barang komersial "bahkan lebih lama lagi."
"Anda dapat melihat kecenderungan yang jelas menuju bencana total," kata dilansir dari Antara, Rabu (23/4).
Sejak 2 Maret, Israel telah menutup jalur penyeberangan Gaza, serta menghalangi pasokan penting memasuki wilayah kantong Paleatina padat penduduk dan porak poranda akibat kejahatan perang genosida rezim ZIonis itu meskipun ada banyak laporan tentang kelaparan di wilayah yang dilanda perang itu.
Tentara Israel melanjutkan serangannya ke Gaza pada 18 Maret, yang menyalahi gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan pada 19 Januari 2025.
Israel telah membunuh lebih dari 51.200 warga Palestina di Gaza sejak melancarkan perang genosida pada 7 Oktober 2023. Sebagian besar dari para korban tewas itu adalah perempuan dan anak-anak.
Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.
(ANT/CSP)