Memaknai Menjaga Nama Baik Negara (Analisadaily/Istimewa)
Cerita pengalaman pentingnya citra negara di mata masyarakat dunia. Saat ini kami tinggal di salah satu prefaktur wilayah selatan Jepang karena alasan pendidikan. Suatu hari, kami harus pergi ke Jeju Island, salah satu pulau di wilayah Korea Selatan. Tujuannya untuk mengikuti conference keilmuan sebagai salah satu syarat kelulusan PhD.
Singkat cerita, kami perlu mengurus dokumen Visa sebagai perijinan masuk. Sebagai negara yang tidak dikecualikan, kami perlu mengurus visa di perwakilan Korea Selatan yang ada di Jepang. Terdapat 12 perwakilan Korea Selatan di Jepang, dan salah satunya ada di Prefaktur tempat saya tinggal. Semua persyaratan mulai dokumen kependudukan, izin tinggal, dokumen pendidikan, ketersediaan tabungan dan akomodasi selama di Jeju Island telah disiapkan. Namun memang ada keterlambatan dokumen dari pihak kampus yang membuat kami tertunda sekitar 1 (satu) minggu lebih lambat untuk mengajukan Visa.
Setelah dokumen lengkap, kami menuju perwakilan Korea Selatan dengan hati yang sebenarnya deg-degan karena minggu depan ada Golden Week di Jepang, periode libur panjang bagi warga Jepang di musim semi. Namun dengan keyakinan kalau dokumen lengkap dan tujuan bepergian ke Jeju untuk menghadiri undangan conference dari pihak Korea Selatan, kami tetap optimis walau langkah kaki sedikit meragu mengingat adanya libur panjang yang akan memotong waktu pengurusan visa. Sesampainya di Gedung tersebut, kami sempat berbincang dengan pasangan Jepang dan Filipina yang juga mengurus dokumen Visa, mereka berencana ke Seoul. Si pria yang seorang Nihonjin (asli Jepang) tidak memerlukan visa untuk masuk Korea Selatan, sedangkan yang wanita merupakan warga Filipina mengalami kendala, dan diminta mengurus Visa ke Korea Selatan dari negaranya. Informasi tersebut semakin membuat kami gugup, walau kami tidak tahu alasan jelas penolakan Visa si wanita tidak dikemukakan.
Tiba pada giliran kami, seorang pria petugas di counter layanan melayani dengan awal menanyakan tujuan kepergian dan berapa lama waktu di Korea Selatan. Sambil membuka-buka berkas, dia kembali bertanya asal negara, sudah berapa lama tinggal di Jepang dan sebagainya. Sejurus kemudian, dia menatap kami dan bilang, _"I dont like it, this is tight schedule. Next week is golden week, I can't issue your Visa ontime"_. Saya mulai gugup dan mencoba menjelaskan bahwa kami sangat memerlukan izin masuk karena semua akomodasi dan jadwal presentasi sudah disiapkan jauh hari. Kemudian si petugas kembali menimpali, _"You put me in tough situation, even though I love your Country, it's need 3 weeks for submission from your country"_. Saya mulai berupaya tenang dan me-manage ekspektasi pribadi untuk meminimalisir kekecewaan gagal mendapat visa dan tidak dapat pergi ke Jeju. Sejurus kemudian si petugas bilang, _"Wait a minute, I need approval from my supervisor"_, dia berlalu ke belakang dan berbicara dengan seorang Wanita yang lebih tua darinya dan seperti mendiskusikan sesuatu.
Tidak berapa kemudian dia kembali ke counter, dan bilang, _"Only for today, we will proceed your Visa, because your Peoples are hero in Gyeongsang, we put high respect to your country"_. Kemudian saya baru sadar, kata _"Hero"_ dan _"Gyeongsang"_ yang dimaksud merujuk aksi 3 orang WNI (Sugianto, Leo Dipiyo, dan Vicky Septa Eka Saputra) yang membantu menyelamatkan belasan warga Korea Selatan saat terjadi kebakaran hutan disana pada awal April kemarin.
Sugianto dan kawan-kawan mungkin tidak akan membaca tulisan ini, tapi saya sampaikan terima kasih atas aksi heroiknya, di mata saya dia juga menyelamatkan reputasi negara yang belakangan ambruk karena berita-berita negatif. Tindakan yang dilakukan Sugianto dkk juga berdampak bagi orang Indonesia lain, seperti kami. Dia mungkin tidak akan menyangka akan ada kisah seperti saya diluar wilayah Korea Selatan yang terbantu karena apa yang dilakukannya.
Sebagai Diaspora, semua memiliki tanggung jawab menjadi Duta bangsa, bukan sekedar pergi ke negara lain untuk bekerja, sekolah atau sekedar berlibur, tapi jauh dari itu, sikap dan prilaku kita mencerminkan sikap dan prilaku Bangsa kita. Maka, jadilah Duta Indonesia untuk dunia.
Catatan "Keluarga Cemara Diaspora : Ira Hutagalung, Kitakyushu University
(JW/RZD)