Tragedi Pemerkosaan 98: Diakui Presiden BJ Habibie, Dianggap Rumor oleh Fadli Zon

Tragedi Pemerkosaan 98: Diakui Presiden BJ Habibie, Dianggap Rumor oleh Fadli Zon
Sofyan Tan (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan dr Sofyan Tan mengaku heran dan tak habis pikirjika Menteri Kebudayaan Fadli Zon masih bersikeras tragedi 98 yang di dalamnya termasuk kejadian pemerkosaan massal terhadap perempuan sebagai sesuatu yang tidak ada atau rumor.

Padahal, peristiwa tersebut telah diakui Presiden BJ Habibie hingga mengeluarkan pernyataan resmi permintaan maaf di hadapan publik.

“BJ Habibie ketika jadi presiden sudah menyampaikan permohonan maaf atas tragedi 98 yang di dalamnya termasuk adanya pemerkosaan massal. Lalu kenapa Fadli Zon setelah 27 tahun kemudian, justru anggap itu rumor? Aneh sekali,” ujar Sofyan Tan saat menjadi keynote speaker dalam Sarasehan Peringatan Bulan Bung Karno dengan tema Merajut Kebhinnekaan dengan Nilai-Nilai Bung Karno di Kampus Politeknik Wilmar Bisnis Indonesia (WBI), Jln Warakauri, Percut Seituan, Deliserdang, Rabu (18/6).

Sofyan Tan meminta seluruh peserta sarasehan untuk aktif mencari dan melihat rekam sejarah tragedi 98 di berbagai platform media sosial. Lalu diungkap dan di-update kembali agar upaya pembelokan sejarah tidak terjadi.

Seperti diketahui, pada 15 Juli 1998, Presiden ke-3 Republik Indonesia, BJ Habibie, secara resmi menyampaikan permohonan maaf di hadapan wartawan.

Hal itu dilakukannya setelah menerima perwakilan tokoh/aktivis perempuan di Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan. Permohonan maaf tersebut terkait dengan tragedi 98 dimana di dalamnya terjadi antara lain tindakan pemerkosaan dan kekerasan seksual terhadap perempuan di beberapa kota di Indonesia.

Pernyataan Presiden Habibie tersebut dalam dua hari belakangan ini viral kembali dikutip ulang oleh beberapa media online dan tersebar di berbagai platform media sosial.

Hal itu seakan masyarakat ingin mengingatkan kembali pemerintahan saat ini agar tidak menghapus peristiwa kekerasan dan pemerkosaan pada 1998 dalam buku sejarah yang sedang ditulis ulang.

Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Kasus Kerusuhan Mei 1998 pun saat ini di-update ulang sejumlah media massa. Dimana tim yang dibentuk Presiden BJ Habibie menemukan adanya tindak kekerasan seksual yang terjadi di Jakarta, Medan, dan Surabaya dalam kerusuhan 1998.

Bentuk kekerasan seksual itu dibagi dalam empat kategori, yakni pemerkosaan (52 korban), pemerkosaan dengan penganiayaan (14 orang), penyerangan/penganiayaan seksual (10 orang), dan pelecehan seksual (9 orang), serta masih ada korban-korban lainnya.

Sofyan Tan menyampaikan buku sejarah yang ditulis ulang dan akan dicetak pada tahun ini, harus dikoreksi kembali. Komisi X DPR RI sebagai mitra kerja Kementerian Kebudayaan akan memanggil menteri untuk meluruskan sejarah yang ingin dimanipulasi.

Hadir dalam acara sarasehan, Rektor WBI Dr. Jenny Elisabet, Rektor Murni Teguh Dr. Candra Situmeang, narasumber Dr. Aldon Sinaga serta Civitas Akademis Universitas WBI dan Murni Teguh.

Rektor Murni Teguh Dr. Candra Situmeang, dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa jika ingin mengenal Bung Karno, sesungguhnya sudah ada pada sosok dr Sofyan Tan.

Karena kiprahnya di dunia pendidikan serta bidang lainnya sudah mencerminkan apa yang menjadi pemikiran dan cita-cita Bung Karno dalam menjaga keutuhan bangsa.

(REL/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi